Kenangan dengan Bapak

Suasana menjadi hening ketika salah seorang guru memanggilku. Aku merapikan kemeja putih dan celana biru dongker yang aku pakai lalu beranjak dari tempat duduk dan berjalan pelan-pelan dan sangat sopan ke depan. Ada yang nyeletuk, “Ojo nangis, Ndop!”

Entah mengapa, salah satu temanku itu merasa bahwa ada yang tidak beres dengan panggilan ini. Saya mencoba tegar. Merasa tidak akan terjadi apa-apa terhadap seseorang di rumah.

Di sebuah ruangan penerimaan tamu sekolah, aku menemukan tetanggaku duduk di situ. Mukanya merah, matanya berkaca-kaca. Dada saya tiba-tiba sesak. Jangan-jangan….

___

Ketika berbelok ke gang III, dari jauh saya bisa melihat banyak mobil dan sepeda motor diparkir. Di depan rumah saya, dipasangi terop. Saya masih bertanya-tanya, ada apa gerangan? Tapi saya tidak jadi bertanya-tanya lagi ketika saya melihat semua raut muka mereka. Mereka yang ada di dalam rumah. Semua terlihat murung dan sedih..

Ketika memasuki ruang tamu, saya mendapati ada sosok yang sangat aku sayangi sedang tertidur tenang. Aku bisa melihat senyum merekah dalam tidurnya. Tubuhnya lemah tak bergerak dengan dibalut jarik. Tiba-tiba saja tubuhku lemas. Tapi saya tetap tegar. Saya tidak menangis. Walaupun hari itu, 8 April 1998, bapak telah tiada…

___

MBULAN GEDHE

Beberapa tahun berlalu. Saya sedang duduk di lantai dua kos-kosan saya. Bulan di atas sana terlihat begitu terangnya. Saya memandangi bulan itu. Dan teringat 24 tahun yang lalu…

Bapak sedang menggendong bayi ndop yang masih imut-imut. Lalu berjalan pelan-pelan ke depan rumah sambil bersenandung pelan. Malam itu bulan terlihat cerah sekali. Sambil menggoyang-goyangkan bayi mungil kesayangannya, bapak bersenandung ringan, “Mbulan-mbulan gedhe ndop, mbulan-mbulan gedhe ndop”.

Bayi ndop yang masih bayi imut pun menirukan, “A eng Ala e yot, A eng Ala e yot”

___

Kenangan dengan almarhum bapak Drs. M. Djainuri

Entah mengapa, sampai sekarang pun saya masih ingat betul rasanya digendong sama bapak. Saya masih ingat bau keringatnya. Saya masih ingat caranya beliau menasehati, caranya beliau marah.

Bapak sangat disegani di rumah. Tidak ada yang bisa menolak perintahnya yang semua rohmatan lil ‘alamiin itu. Sejak anaknya umur 3 tahun, bapak sudah mengajarkan sholat, ngaji, dan ibadah lainnya kepada anak-anaknya. Walhasil, ketika TK, semua sudah bisa baca Al-Qur’an dengan lancar. Sejak esde, semua sudah sholat 5 waktu, sudah puasa maghrib full. Tidak hanya itu, bapak juga memadrasahkan anak-anaknya sejak dini. Sejak TK, saya sudah madrasah sore.

__

VIDEO GAME

Suatu hari, si ndop yang nakal sedang main video game. Hanya dengan membawa uang 100 rupiah saja, si ndop sudah bisa main video game berjam-jam. Maklum, banyak yang nggak bisa main video game. Apalagi kalau main Street Fighter, si ndop jagonya!

Nah, anak-anak yang nggak bisa main Street Fighter atau game fighting lainnya, pastinya nggak ingin dong mainnya cepet selesai. Saya memanfaatkan peluang itu!

Saya selalu berada di sebelah anak yang saya kira masih newbie main geim faiting. Kalau dia main, trus kalah di ronde pertama, di ronde kedua saya menawarkan bantuan. Kalau dia setuju, otomatis saya main dua kali pertandingan. Soalnya menang dua kali pertandingan itu ganti level berikutnya dengan musuh berbeda. Hohoho…

Nah, saking nikmatnya main, tiba-tiba penonton di belakangku menyeruak. Maklum, saya kalau main video game, banyak yang nonton.

Nah, tiba-tiba ada yang menyentuh telinga saya lalu memelintirnya ke atas seraya bilang, “Ayoo.. madrasah…!!”

Addoooh… malunya saat itu. Apa kata fans-fansku saat itu.. doooh.. :doh:

“Eh, iyo, Pak…” Huwaaaa kabuuuur…. Saya ngacir naik sepeda ontel menuju rumah. Bergegas mandi dan berangkat madrasah, takut kalau dimarahi lagi…

Tapi ya itu, sampai madrasah, telat, sudah saatnya istirahat! (Yes yes yes!!) Habis istirahat adalah berdoa, trus pulang. Lalu mampir video game lagi! Hohoho…

___

SEPEDA HILANG

Saya main video game sampai maghrib. Waddoh, belum sholat Ashar. Waddoh sudah maghrib. Saya pun bergegas mengakhiri gameku. Lalu beranjak menuju parkiran sepeda.

Saya shock! sepedaku ilang!

Huwaaaa…. Saya jalan kaki menuju rumah seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Diam-diam saya bilang masku kalau sepedaku ilang. Saya pun sama masku kembali ke video game mencari sepedanya.

Tidak ketemu!

Masku sudah pulang sendirian. Saya sengaja memelan-melankan jalan kaki saya supaya lama sampai rumah. Tapi entah mengapa kok ya sampai juga di rumah. Tapi saya berhenti di rumah tetangga. Lamaaa duduk-duduk di teras rumah tetangga. Tetangga bingung, ada apa gerangan dengan ndop ya?

Tapi saya ketahuan juga. Saya terdiam seribu bahasa ketika diinterogasi sama Drs. M. Djainuri, Bapak saya. Ndingkluk tok pokoke!

Setelah itu saya nggak boleh main video game lagi!

Tapi tidak bertahan lama, seminggu lagi, saya main lagi, hehehehe…
ndop nakal ya!!!

___

KANGEN BAPAK

Suatu hari, saya ym-an dengan seorang sahabat baru di dunia maya. Dia menawari diriku untuk melihat webkemnya. Hohoho… Yahoo Messenger memang canggih bener! Saya bisa melihat dirinya duduk di depan komputer sambil nyengir-nyengir gak jelas. Di ym dia ketik emoticon ketawa-tawa, tapi ekspresi wajahnya cuma diem. Hohoho.. ketahuan kalau ketawanya nggak tulus. Wekeke…

Suatu ketika, di webkemnya saya melihat bapaknya sedang merangkul temanku itu. Lalu menciumi pipinya dengan kasih sayang. Bapak dan anak itu begitu bahagia. Mereka tersenyum merekah. Si Bapak tampak sumringah, si anak tampak malu-malu diliatin puluhan teman ymnya termasuk saya..

Saya tiba-tiba teringat belasan tahun yang lalu. Ketika bapak begitu memanjakan saya. Saya minta mainan, selalu dibelikan. Minta akuarium, dibelikan. Minta robot-robotan, dibelikan. Maklum, saya adalah anak kesayangan bapak. Saya juga dinggap pinter sama bapak. Sering ranking satu di sekolah. Selalu membanggakan keluarga…

Saya masih terpaku melihat kemesraan bapak anak di ym itu. Bukannya ikut seneng melihat temanku senang, tapi justru saya sedih karena teringat 24 tahun yang lalu, ketika bapakku menggendongku malam-malam saat bulan sedang gedhe-gedhenya, dan mengumandangkan senandung ringan, “Mbulan-mbulan gedhe ndop.. mbulan-mbulan gedhe ndop…”

…dan si ndop kecil pun menirukan, “A eng Ala e yot.. A eng ala e yot…”

..air mataku pun berlinang…

89 Comments

Leave a Reply to MukhlasonCancel reply