Juguran Blogger: Mistisnya Kesenian Sintren di Desa Dermaji

Sintren

Sesuai tagline Juguran Blogger, yaitu Sedikit bicara, banyak wisata, perjalanan menuju Desa Dermaji akhirnya dimulai tanpa banyak bicara. Hahaha

Waktu sudah sore jam setengah lima. Ayo ndop, buruan ngendoknya. Ngedennya yg kuat biar cepet habis eeknya. Ntar keburu maghrib loh. Soalnya perjalanan menuju desa Dermaji perlu waktu 1,5-2 jam.

Ngendok pun sukses. Ternyata makan banyak sampe kenyang seharian tadi proteinnya jadi daging semua. Eeknya dikit. Haha.

Lupakan tentang eek.

Perjalanan menuju desa Dermaji melewati pegunungan berkelok. Di perjalanan, di kanan jalan seringkali aku lihat orang dagang kayu bakar yg sudah dipotong rapi. Trus tadi di kiri jalan aku lihat jembatan biru agak serem dengan latar belakang pabrik besar yg bangunannya didominasi oleh pipa-pipa besi besar. Selebihnya pemandangannya didominasi warna hijau pepohonan yg sejuk.

Kami melewati Desa Paningkaban Kecamatan Gumelar. Perjalanan semakin menegangkan karena permukaan jalan semakin menanjak. Bus pun ngegas lumayan keras untuk bergerak pelan. Penumpang hanya bisa duduk manis. Sabar. Berdoa. Berserah diri.

Semangat ya Mas Sopir!

Rumah penduduk di sini bagus-bagus ya. Daritadi gak nemu sih rumah yang jelek atau miskin. Rata-rata dibangun dengan tembok yg kokoh dengan design yg bagus. Perekonomian penduduknya bagus nih kayaknya.

Hawa dingin menusuk selama perjalanan. Hmm.. Gak bisa bayangin nanti malam akan sedingin apa di atas sana. Perjalanan soalnya masih jauh. Apalagi seharian tadi hujan. Brrrr..

Yay akhirnya masuk desa Dermaji! Dingin bro!! Kalian bisa menemui pohon pinus di kiri kanan jalan. Ini pasti dataran tinggi! Pinus khan hanya bisa tumbuh di ketinggilan 1000 meter di atas permukaan laut!

Dan yes! Setelah melewati pohon pinus, kami disuguhi pemandangan pegunungan yang LUAR BIASA! Wow!

Pegunungan Desa Dermaji

Gak kebayang kalau pagi indahnya kayak apa.
Ini sudah hampir maghrib, jadi ya gitu deh.
Tetap indah sih, walaupun agak syerem.
:takut:

Di tengah perjalanan kami harus turun bus dan jalan kaki karena jalannya lumayan curam. Jalan kakinya sebentar kok. Cuma kira-kira seperempat jam! Hiahahaha. Untung diriku runner ya. Jadi gak masalah amat. Temen-temen lain pada gempor kakinya. Haha. Ups.

Jalan kaki ke desa dermaji

Jalan kaki bro!
Masih jauh ini ke lokasi penginapannya.

Selfie dulu sambil istirahat

Moment berharga ini harus diabadikan dengan selfie!
Di belakang: Yanto, Riska, Rian

Trus sampelah kami di rumah Pak Bayu, Kepala Desa Dermaji di sebelah masjid Baiturrohman yang lumayan gedhe. Nanti malam kami menginap di sana.

Malamnya kami free sih di rumah Pak Kades. Ngopi-ngopi, ngeteh-ngeteh, ngemil bakpia, keripik pisang, semua disediakan sama pak kades. Top ini! Hahaha habis jalan kaki melelahkan, dikasih cemilan berbobot! Haha.

Ngemil mendoan di teras rumah

Ngemil cemilan yang enak-enak!
Apalgi sambil rasan-rasan. Aku betah! HAHAHA

Sehabis makan malam, kami diajak nonton kesenian daerah Dermaji, namanya Sintren. Acara diselenggarakan di Balai Desa Dermaji.

Duh malu banget deh soalnya kami dianggap tamu istimewa. Duduk di depan penduduk sekitar yg lesehan, sementara kami duduk di kursi. Waaaaat!!! Aku pingin setara sama penduduk desa ajaaaa hahaha malu looh..

posisi duduk kami

Posisi duduk kami di depan penonton.
Bener-bener tamu istimewa! Malu ih. Hahaha.

Setelah Mas Pradna memperkenalkan kami, kemudian gantian Pak Kepala Desa Dermaji memperkenalkan desa Dermaji dan keseniannya.

Jadi singkatnya, Sintren itu semacam seni musik berirama Sunda gitu deh. Sudah hampir punah. Asli Cirebon. Dan bersyukur banget masih ada yg mau melestarikan.

Jadi Sintren itu semacam uyon-uyon. Seni musik yg biasa didengarkan di desa Dermaji. Dan ternyata Sintren ini jarang banget diadakan di sini. Dan spesial banget mereka tampil untuk menyambut blogger-blogger kayak aku dan teman-teman! WOW!

Nah gak hanya itu, kesenian Sintren itu AJAIB. Karena ada adik perempuan kecil SD kelas 4. Pertama si anak belum make up an dan belum pakai sanggul. Trus kemudian dia dikurung! Nah di dalam kurungan itu, si anak makai make up dan sanggul sendiri sambil uyon-uyon khas Cirebonan dinyanyikan.

Kurungan Sintren

Kurungan Sintren

Trus lagu selesai, kurungan dibuka. Si anak sudah make up dan sanggulan aja rapi banget. Eh, tadi kurungannya sempet dijopa japu dulu sama “pawang”nya.

Sintren cantik

Sintren berubah cantik setelah
dia make up (kilat) sendiri di dalam kurungan.

Dalam hitungan waktu yang wajar, pakai make up, sanggul dan memakai kebaya lengkap itu perlu waktu sekitar 2 jam. Adik kecil yang dikurung (dan dijopa-japu) itu hanya perlu sekitar 10-15 menit saja untuk merampungkan dandanan lengkapnya.

Mungkin kurungan itu sebenarnya adalah mesin waktu?

Entah.

Kemudian si anak menari sendiri mengikuti alunan lagu. Diriku merasa ganjil di tarian dan di diri si anak. Soalnya dia pakai kacamata.

Why?

Dugaanku sih si anak “kosong” matanya. Atau mungkin malah merem. Alias “dia sedang tidak menjadi dirinya sendiri”. If you know what I mean?

Iya! Kerasukan!

Hohohoho.

Sintren nari

Tariannya magical!

Secara aku agak-agak bisa ya ngerasain hal hal yg “ganjil”, gerakan dia itu bukan manusiawi lo ya. Soalnya aneh. Trus konsisten gerakannya. Trus dia kayak gak lelah banget. Dan GAK SENYUM. MUKANYA DATAR! Omaigod! Ngeri Keren amat! Hahaha.

:takut:

Kayang

Makin lama gerakan tariannya makin aneh.. Dia kayang!
:takut:

Ada yg bilang, make up dan sanggul si anak, kalau si tuan rumah yg ngundang kesenian ini kelakuannya baik, maka make up dan sanggulnya akan baik juga hasilnya. Ada pernah kejadian, make up jelek banget cemong-cemong gak jelas gitu. Ketauan deh tuan rumahnya kelakuannya kayak gimana. Hihihi.

Eh gak hanya sanggul dan make up sih, tapi semua kostum pun berubah. Untuk Sintren yang aku tonton, pertama si anak pakai baju pink. Ketika dibuka pakai kebaya merah.

Eh ini aku gak maksa kalian percaya. Kalau gak percaya ya terserah. Hihihi.

Eh, balik ke Sintren yang aku tonton ya. Adik-adik penari pun sekarang dapat temen nari yg dia jemput sendiri di belakang panggung. Sama-sama cewek sih. Tapi yang satunya berperan sebagai cowok. Dan mereka berdua sama-sama kerasukan sih. Hiiiiii…

Sintren punya kawan

Eciye, dapat temen cowok, eciyeee…

Lalu ada sesi sawerannya. Beberapa penonton ngasih sawer beberapa ribu rupiah.

Satu jam berlalu, si anak GAK BERKERINGAT sama sekali. SENYUM pun juga enggak! Hahaha. Keren banget ini!

NAH, KALIAN PASTI PENASARAN KHAN, BAGAIMANA VIDEO KESENIAN SINTREN YG MAGIS ITU? TONTONLAH VIDEO DI BAWAH INI YA.
(sengaja pake kepslok soalnya ngedit dan ngapload video itu lama jenderal!)

Udah ditonton? Belum? Tonton! Wajib! Haha.

Nonton videonya rasanya biasa aja ya?
Padahal situasi di lokasi langsung itu jauh berbeda atmosfirnya.

Saya suka lo (walaupun agak takut sih!) nonton Sintren. Dari segi seninya, ini kesenian yang nyeni banget. Gerakan tarian (senajan monoton) tapi tetep eye catching soalnya gerakannya unik dan luwes (dan mistis!). Musiknya juga enak banget dibuat ngefly! Hahaha.

Eh, ada tambahan dari mas Bowo (penduduk asli Dermaji) nih. Dia nambahin cerita tentang Sintren. Jadi MEMANG BENAR si anak KERASUKAN!

Nah kaaaaaaan!!! Aku bisa ngerasain ternyataaaa… Oh Tuhaaaan..

Mas Bowo bilang kalau roh si anak memang sedang gak di dalam raganya. Alias raga si anak sedang dimasukin roh Sintren.

Nah khaaaaaaan!!!

Trus mas Bowo menambahkan, dulu pernah ada kejadian roh si anak menghilang entah kemana. Dicari gak ada! Nah lo!

Untungnya ya ketemu sih. Ketemunya di sekitar sini aja gak jauh. Wehehehe.. Syukurlah yaaa..

Trus dia menambahkan, kalau penarinya sudah menikah, maka si “roh” gak mau masuk. Trus kalau musiknya gak bener, si anak gak mau joget.

Wehehehehe. Aku gak berani komentar deh.

Sebagai hadiah kepada mas Bowo karena sudah memberikan informasi yg sangat menarik, akupun selfie bareng sama dia. Trus lha kok lainnya ikut. Woooooh, tau aja kalau diriku ini artis ya. Hahaha.

Selfie bareng ketika nonton sintren

Kiri ke kanan:
Kak Olipe, Halim, Artis terkenal yg gak mau disebut namanya,
Mas Bowo, Kak Anaz, Pak Bayu

Kata Pak Kades, Akhir Juli nanti akan ada festival budaya desa di Dermaji. Menampilkan kesenian asli warga sekitar. Agar memajukan jati diri desa. Keren ya! Desa kayak gini ini layak dijadikan percontohan desa lainnya! Keren!

Eh udah ah, pulang ah mau mandi. Gak kuat nonton lama-lama. Suasana makin mistis soalnya. Wahaha.

Endingnya, walaupun aku gak nonton, menurut saksi yg nonton, si anak dikurung lagi. Trus roh si anak dikembalikan lagi. Eeeh, si anak berubah menjadi semula yang lugu, polos, suci kayak semula. Bahkan dia kembali minum susu dari botol dot bayi. Duh, sebenarnya berapa to umurmu nak? Haha.

Sebenarnya… aku punya banyak cerita tentang kejadian aneh di malam hari setelah nonton Sintren ini, tapi kayaknya kita obrolin berdua aja yuk? Lebih seru gitu. Haha.

Baiklah..

Besok kami akan ke museum dan Air Terjun. Penasaran khan museum dan air terjunnya kayak gimana. Simak aja postingan selanjutnya. I love you! :kiss:

Bubuk dulu kakak..

Aku tidur di tengah.

Aku tidur di tengah. Walaupun tetap gabisa tidur sih.
Masih takut. HAHAH.

27 Comments

Komen yuk kak!