Generasi Baper
|Saya tahu istilah baper itu setahun yang lalu kira-kira. Baper itu singkatan dari bawa perasaan. Agak kurang pas sebenarnya. Harusnya maper = masukin perasaan.
Tapi mbuh wis, jaman sekarang khan lagi usumnya salah kaprah. PM aja diartikan status BBM. Padahal PM khan artinya Private Message alias chatting itu sendiri.
Ngomongin baper nih ya.
Aku sejak ikutan lari bareng perkumpulan masyarakat yg suka lari di Nganjuk sini, (yang anehnya, anggotanya masih seumuran SMA bahkan SMP. Eh, ada yg masih SD. Duh. Kayak gitu kok disebut masyarakat? Hahahaha), aku jadi meneliti karakter mereka. Lalu membandingkan dengan masa-masa remajaku dahulu kala berabad-abad yang lalu.
Aku memang punya misi untuk meneliti karakter anak muda jaman sekarang. Bagaimana cara mereka hidup di zaman yang serba membutuhkan duit ini. Bagaimana dia memenuhi kebutuhan pulsa demi kuota internet yg selalu online sementara mereka khan masih sekolah? Belum lagi gaya hidup berbusana yang kalau gak pakai ini, bakalan dihina bina dibully membabi buta!
Okay, akan saya preteli satu persatu ya.
Dimulai dari pulsa. Setelah aku survey, mereka beli pulsa itu dengan menabung dari uang saku. Lalu sebulan sekali baru beli pulsa buat internetan. Kalau kuota habis sebelum waktunya, mereka akan beli paketan wifi id seharga 5 ribuan buat setengah hari itu.
That is why, zaman sekarang cafe-cafe yang menyediakan wifi id (wifi berbayar) akan laris manis. Yg berbayar aja laris, apalagi yg wifi gratis? Tapi sayangnya cafe yang menyediakan wifi gratis biasanya gak terjangkau di kantong mereka. Haha.
Pernah aku ngajak ke cafe yang paling ngehits di Nganjuk sini. Gak ada satu pun dari mereka yg mau. Ada yg beralasan harganya mahal. Loh, kan aku yang nraktir? Setelah aku analisis lebih dalam, ternyata anak abegeh itu minder sama pengunjung cafe itu yg rata-rata emang kalangan berduit.
Yungalah. Ribet amat ya hidupmu wakai adik-adik abegeh.
Sebagai seorang pebisnis online yang handal, serta selebritis online papan atas, tentu saja aku harus memasang wifi di rumah. Yang bisa diakses siapa saja asal tahu passwordnya.
Nah, mereka sekarang sudah merasa aman dan damai ketika kenalan sama aku. Masalah kuota gak akan jadi halangan hidup mereka lagi. Tinggal bilang, “Mas ndop, posisi?” Maka kuota gratis akan jadi miliknya sepenuhnya. Soalnya aku hampir 80% selalu ada di rumah. Hahaha.
Kalau aku fleshbek ke jamanku remaja dulu, tahun 1997 – 2002, dengan jatah uang saku sehari cuma seribu (bahkan kadang cuma 5 ratus), kalau aku hidup di zaman sekarang, tentu saja aku akan BEKERJA demi mencukupi kebutuhan hidup handphone tersayang.
Eh, beli hape duit dari mana ya? Wah iya lupa. Aku dulu ketika sekolah, buku aja minjem di perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum. Royokan sama temen. Kalau di perpus gak ada bukunya, PASTI aku kalah cepet sama temen kelas sebelah (yang sama-sama miskin). Hahahaha.
Nah, jadi kalau aku sekarang masih SMA, dan mengikuti zaman (punya smartphone dengan kuota melimpah), otomatis aku akan bekerja. Dan hal itu gak mungkin. Soalnya waktu sekolah dulu, aku kok merasa sibuk banget ya sama pelajaran sekolah? Lha piye, kalau gak belajar tiap hari itu akan ketinggalan jauh loh!
Jaman dulu murid sekolah itu pinter-pinter dan kompetitif soalnya. Dan cuma ngandalin buku, rajin belajar sama kecerdasan otak. Internet mana ada? Ada pun paling taunya buat nonton bokep sama donlod lirik lagu (jadi kangen sama tembang.com) hahahaha.
Jaman sekarang mah otak gak perlu pinter-pinter amat. Soalnya segalanya ada di google. Gak perlu menghafal. Soalnya semua hafalan sudah tersedia melimpah di genggaman (smartphone)!
Karena otak gak begitu kepakek, maka tubuh harus menyeimbangkan energinya untuk organ tubuh yang lain, yaitu hati. Nah, hati itu bikin hidup bahagia atau susah. Tinggal pilih.
Sayangnya, generasi muda jaman sekarang ini, semakin banyak informasi yang dia terima selama brosing di internet, semakin pingin lah dia melakukannya dan memilikinya. Di umur yg masih labil, mana bisa dia mengontrol mana yg merupakan keinginan dan mana yang kebutuhan?
Yang hobinya olahraga aja, kalau ngeliat temennya pakai sepatu bermerek, langsung dimasukin ke daftar cita-cita. Aku akan berjuang sekuat tenaga untuk meraih sepatu Naiki yang itu!
Kemudian apa yang dia lakukan?
Dia akan ngirit uang saku sekolah.
Karena harga sepatu Naiki itu gak masuk akal untuk dijangkau anak sekolah yang belum bekerja, maka, didukung oleh ketidaksabaran meraih sesuatu, serta tidak tahan akan bullyan teman-temannya karena dia gak punya sepatu merek mahal, maka belilah dia seadanya duit saat itu.
Duit sisanya gimana cara dapetinnya?
Bukan begitu, tapi dia beli sepatu fake alias palsu alias KW yang harganya setengah kali atau bahkan seperempat kali harga sepatu originalnya.
Aku baru tau kalau sepatu fake, KW alias palsu itu ada gradenya! Ada tingkatan levelnya. Ada yg fake banget ada yg grade ori, alias bentuk dan warna hampir sama persis dengan yg original. Kalau bahan jangan ditanya ya, sudah tentu berbeda. Sepatu fake tentu saja pakai bahan seadanya. Keawetan? Jelas nggak awet!
Untungnya mereka gak peduli bahan, yang penting BENTUK! Yang penting ada tulisan Nike nya. Hanya dengan berkelit, “Ini original loh!” Sudah sukses menghemat duit ratusan ribu demi mendapatkan sepatu Nike. Hahaha.
Dan rata-rata memang teman-teman mereka pakai sepatu fake juga sih. Jadi, di mata anak anak ABG itu, yang penting MEREK, urusan KW atau original itu bisa pakai jurus ngeles alias bohong. Hahaha.
Soal keawetan, justru semakin tidak awet maka semakin banyaklah koleksi sepatunya! Hahahaha. Tinggal beli lagi merek lain yg KW juga. Trus yg sudah rusak, itu cukup diserahkan ke tukang jahit sepatu. Hahahaha.
Ngomong-ngomong, cerdas juga ya pemikiran ngirit mereka? Hahaha. Tapi sori bro, aku punya prinsip “NEK ORA ORI ORA”. Alias kalau nggak ori enggak akan beli. Lagian mataku terbuat dari hologram, jadi kalau ngelihat produk KW, mataku langsung iritasi. Apalagi memilikinya, jijik ah! HAHAHAHAHA. Anda sedang memasuki kawasan Indonesa bagian kesombongan yg hakiki. HAHAHA.
Tapi anehnya ya, kalau kamu punya sepatu original, mereka akan menganggap sepatumu KW sama kayak sepatu mereka. Kalau kamu ngeyel dan mau menyerahkan bukti originalitas sepatumu, mereka langsung pura-pura gak denger. Mereka memang generasi baper, jadi mereka sakit hati kalau mendengar barang original.
Mungkin karena mereka terbiasa berbohong, kalau ada fakta, dia gak mau menerima. Sakit jiwa ya. Hahahaha.
Keahlian berbohong para muda-mudi zaman sekarang ini, sangat bermanfaat buat kelangsungan hidup “mae tcrip mae advence” mereka. Dengan alasan belajar kelompok plus kejebak hujan sehingga gak bisa pulang, mereka bisa melenggang ke tempat wisata idaman!
Pakai duit dari?
Ya, pakai ngirit pengeluaran uang saku tadi.
Makanya jangan heran kalau anak muda mudi yg rajin ngetrip ngadvencer rata-rata kurus. Lha piye, mereka nahan laper gak makan siang! HAHAHAHA.
Kok kayaknya buruk semua ya, abegeh jaman sekarang?
Baiklah, aku sharing sisi positifnya. Untuk mencukupi kebutuhan kekinian yang banyak menguras kocek ituh, mereka jualan apa saja.
Yang lagi ngetren itu sekarang jualan topi custom. Topi dengan tulisan dan design sesuai keinginan. Dengan harga topi cuma 9 ribu rupiah (harga versi tokopedia), poliflex (buat nulisin) 10 ribuan, totalnya 20 ribuan, mereka jual 60 ribu. Gilak! Untungnya banyak banget! Hahahaha.
Buat yang gak bisa desain, mereka biasanya jadi reseller doang. Dari “produsen” dia beli 40 ribu udah terima jadi. Dijual ke temen 60 ribu. Untungnya 20 ribu bro! Menurutku itu kebanyakan ngambil untungnya. Tapi kalau laku, why not? Hahahaha.
Biasanya abegeh yang bisnisan begini lebih bahagia sih dibanding yg cuma ngandalin uang saku ortunya (alias males). Walaupun begitu, namanya juga masih abegeh, masalah baper tetap ada!
Buat yg miskin gimana ya, cara mencukupi kebutuhan kekiniannya?
Tadi pagi ada temen (anak palari juga), masih kelas 3 SMP, minjem celana Jogger Pantku. Buat latihan band.
Aku sempet shock membaca alasan meminjamnya.. “BUAT LATIHAN BAND??”
What? Latihan? Haruskah sampai meminjam celana jogger pant orang lain biar terlihat gaul? Trus mau dipamerin ke siapa? Khan cuma latihan? Emang latihan band ada yg ngelihat? Bukannya latihan band itu di studio sewaan yg sumpek gak berjendela sama sekali itu?
Karena aku akhir-akhir ini jarang makek jogger pant (karena ukuran betis gak mau diajak kompromi), aku pinjamin deh. Dengan syarat harus dikembalikan!
Namanya minjem ya harus dibalikin dong, ndop?
Eit, nggak berlaku buat anak jaman sekarang ya. Aneh khan? Memang aneh.
Jadi tiga minggu yang lalu, aku minjemin celana pendek dan kaos ke temen yg masih SMA. Aku pinjemin karena waktu itu pakaian dan celana dia basah kuyub kena hujan.
Salah dia sendiri sih, ngajak aku main ke luar kota naik motor, bilang ke ibunya naik mobil. Kalau ketauan bohong karena bajunya basah, khan dia bakalan dimarahi. Makanya aku pinjemin baju biar dia kelihatan kering kayak naik mobil.
(Aku kok jadi merasa bersalah ya. Merasa melindungi kebohongan temen. Jadi pingin istighfar. Hahahah)
Sampai saat ini, yang dikembalikan baru kaosnya doang. Itu aja harus aku minta dengan frontal (aku orangnya gak suka basa-basi). Sementara celana pendeknya ketika aku minta, dia bilang gini, “Bentar dulu lah, aku suka banget sama celana ini. Aku pakai terus sampe bosen.”
What???? Etika meminjam macam apa itu??
Antara jengkel dan ketawa. INI ZAMAN APA TOH? SOPAN SANTUN PADA KEMANA? YA TUHAAAAN… GENERASI MUDA MACAM APA INIIII!
HAHAHAHAHAH.
Sebenarnya dalam lubuk hati terdalam, aku punya misi untuk mengarahkan mereka ke jalan yg benar. Mengarahkan mereka menjadi pelajar baik-baik yang fokus belajar demi masa depan. Gak terlena sama dunia perbaperan karena jor-joran sandang dan gejet.
Aku pingin ngasih contoh dari diriku sendiri. Bahwa aku bisa seperti sekarang ini, cuma leyeh-leyeh, kerja di kamar, dapat penghasilan, itu semua melalui proses yang panjang.
Bahwa aku dulu ketika sekolah ya fokus sekolah. Liburan setahun sekali juga belum tentu. Gak ada jaman dulu istilah tiap minggu harus ngetrip ke mana. Minggu ya mencuci baju! Setelah itu nonton tipi. Malamnya belajar buat besok. Nyiapin dasi, topi, buat upacara besok. Sudah selesai. Simpel. Hidup damai sejahtera.
Untuk mencapai titik ini juga perlu perjuangan keras. Rajin belajar di masa muda itu manfaatnya kerasa banget di masa dewasa nanti. Manfaat yang terlihat jelas adalah kita gak gampang ditipu oleh orang. Karena sudah terlatih dan terbiasa berfikir kritis. Gak pasrah aja ketika membaca berita. Tapi dipikir. Benar gak ya? Masuk akal gak ini? Begituuu..
Kalaupun lagi apes sampe ketipu, setidaknya nambah ilmu baru agar lebih waspada dan berfikir kritis.
Ngomongin baper lagi, ternyata baper bisa bikin bodoh loh. Aku pernah ya curiga terhadap statemen yang dibuat temen yg masih kuliah, yang dia bapernya sundul langit juga. Gak mau kalah gitu.
“Ayo teman-teman kita kardio bareng-bareng!”
Aku protes dong! Bukankah kita barusan lari 5 km? Bukankah lari itu juga kardio? Kok anak ini nyuruh kardio lagi seolah-olah olahraga lari itu bukan kardio?
Merasa disalahkan, dia ngeyel.
Sebagai insan yang kritis, brosinglah aku mencari beberapa artikel mengenai pengertian kardio dan contoh2nya. Ternyata aku gak salah. Lari itu juga termasuk kardio.
Biar teman-teman lainnya gak salah paham, aku share pengertian kardio itu ke grup BBM. Dan si tukang ngeyel itu terdiam. Gak ada tuh minta maaf atau respons tentang artikel itu. Baper dia. Merasa kalah. Hahahaha.
Ide mencetak X Banner buat promosi sudah aku keluarkan 4 bulan yang lalu. Merasa ideku brilliant, maka ideku gak ditanggapi sama sang ketua. Soalnya kalau ditanggapi, aku akan dianggap keren sama anggota komunitas lainnya. Dan dia merasa kalah karena gak punya ide.
Empat bulan kemudian, tiba-tiba sang ketua seolah-olah menemukan ide brilliant! Dia mau cetak X Banner untuk promosi komunitas. Ketika aku bilang itu ideku 4 bulan yang lalu, dia diam tidak menghiraukan sama sekali.
OH MAE GAD! SPESIES MANUSIA MACAM APA LAGI INI???
Hahahaha…
Dan ketahuilah wahai makhluk baper, dengan sifatmu yang seperti itu, yang menolak kebenaran (dengan sumber yg kuat juga) kamu justru terlihat bodoh. Lama-lama bodoh beneran soalnya otakmu tidak bisa menerima informasi baru karena tersumbat sama bapermu.
Jadi kesimpulannya?
Jadi gini, di zaman serba praktis kayak sekarang ini, orang gak butuh banyak berfikir sebanyak orang zaman dulu ketika zaman masih serba manual. Hal itu menjadikan otaknya makin tumpul karena gak diasah.
Karena merasa gak pinter, orang jadi berjuang sekuat tenaga gimana caranya terlihat pinter. Dengan mencuri ide misalnya.
Kalau terlihat pinter ternyata gagal, at least dia harus kelihatan keren di mata yg memandang. Lalu apa yang dilakukan? Mereka jor-joran bagus-bagusan fashion! Berjuang sekuat tenaga demi meraih barang branded.
Kalau gak terkejar, dia ambil jalan pintas, beli yang fake! Asal dipandang mata kelihatan bagus!
Nah, hal di atas ini bisa terjadi semata-mata karena semua hal dimasukin ke perasaan, alias BAPER. Coba mereka CUEK aja. Pasti hidupnya akan lebih bahagia. Lebih santai. Lebih menikmati hidup. Gak ngoyo. Gak perlu nahan lapar demi sepatu KW.
Coba mereka PEDE aja. Pasti gak baper. Yang dinaikkan itu HARGA DIRI. Bukan yang melekat di diri. Kalau harga diri udah naik, pakai apa aja juga terlihat bagus dan keren. Ngasih pendapat apa aja juga akan terlihat pinter.
Ngerti?
Ah, udah ah, kalian makin baper nanti. HAHAHAHAHA. YAMAAP.
soal kawe kawean nih, dulu aku suka pakai yang kawe. Memang pada akhirnya kita akan tiba di masa kawe itu udah so last year. hahahaha
Lebih tepatnya idup dengan orientasi gaya kali ya Mas, bukan baper. Oya, setau saya, update medsos juga sekarang itu merupakan kebutuhan primer. Mungkin ini juga jadi faktor perilaku macem beli sepatu KW itu, asal bisa buat bahan update sehingga profil ga buluk-buluk banget. Hehe.
Ngomong-ngomong, saya pembeli sepatu kawean juga sih. Sebenernya nyari sepatu yang murah, ga mikirin merk, tapi yang tersedia di sini itu sepatu murah yang merupakan KW-an merk-merk tertentu. Ya udah. Bosen lah pake sendal swallow mulu.
Yah, keduax.
Aku mengartikan baper secara lebih luas. Bukan hal cinta-cintaan aja mbak. So, ketika ada orang meri, iri dengan temannya, itu menurutku termasuk baper. Karena dia masukin ke perasaan, gimana perasaan dia kalau gak pakai merek tertentu kayak temannya, kalau dibully teman-temannya karena gak gaul, dimasukin perasaan. Coba kalau gak dimasukin perasaan (gak baper), pasti ya cuek aja gak bingung kalau ada temennya pakai baju bermerek.
Gak papa mbak pakai KW. Aku juga dulu pengguna Crocs KW bertahun-tahun setelah akhirnya beli original dengan harga selangit. Haha. Dari situ aku sadar kalau aku saat itu baper abnget sama temen yg pakai crocs kok kelihatan keren banget! Hahaha.
hidup itu murah, yang mahal itu gaya hidupnya.
baper hampir mirip ke lebay sih menurutku, kalau beda ya gak papa
nulis kaya ginu juga bener jaremu ndop, maper
alhamdulilah belum pernah pakai naiki, pengen sih tapi duitnya cukup beli ribok harga dibawah 600k.
duitnya eman eman, lebih milih buat modal nikah dulu. sekarang pakai logue diskonan, 550k dapet 2 pasang dan aku seneng
Aku juga pingin beli League, modele apik apik soale. Sepatuku running wis 3 tapi. Rodok ngenteni suk ae nek wis rodok elek. hahaha. Aku pengguna Reebok juga kang tapi harga normal 700 ewu Bar tuku harga normal, sebulan-dua bulan kemudian lha kok didiskon dadi 400 ewu hahahaha.
Intine cuek ae. Aku yo gak tertarik tuku sepatu 2 jutaan. Eman2. Misale butuh yo tuku. Nek ora butuh ya mending duike disimpen haha.
Wah.. keren sekali nih wejanganya…
Plis mas, aku walaupun tidak terlalu berisi emang dari sananya bukan karena nahan lapar :D
ttd, anak jaman sekarang yang so-soan ngetrib. :))
Hahaha. Halo anak ngeheitz! Salam kenaaaal! hahaha
Kebanyakan nonton sinetron paling mas, jadi kebawa-bawa di hidup mereka.
Mangstappppp….. Untung masa remaja saya pasa zaman hape esiya… Hahaha….
Ngomongin sepatu, kalo saya lebih suka pake brand lokal yang harganya lebih murah atau brand asli langsung dari pabrik tapi rijek, atau kadang hasil curian. Di Tangerang banyak tuh pabrik sepatu brand ternama yang buat ekspor…. Kali-kali lah bikin rugi kapitalisme, meski mereka gak akan bangkrut…. :D
Sepatuku yg aku beli di amazon juga made in Indonesia. Mungkin pabriknya di Tangerang itu yaa. Sayangnya gak mungkin dijual di Indonesia kalau produk export. Kalau dijual bisa illegal.
ribet liatnya khidupan anak abegeh skrg. apakah ini krn konspirasi dr media2. entahlah…hahhahah…
Bisa jadi kas. Namanya konspirasi itu sangat haluuus..
Memng media sosial sgt brpngaruh dewasa ini , terutama bagi anak abg zaman skrg
Baca ini aku sampai terperangah, betapa betulnya risetmu ini mas Ndop.
Aku punya adik laki-laki yang saat ini sedang melangsungkan masa remajanya, makanya aku sering wanti-wanti supaya hidup apa adanya saja. Syukurlah, pendidikan dari rumah ternyata cukup kuat untuk membentenginya. Ya semoga saja terus kuat.
Btw, aku zaman sekolah tiap minggu juga cuci baju lanjut setrika. Hahaha
Nek wis kerjo lagi dibebasne tuku tuku branded. Khan duik duike dewe. Nek jik njaluk wong tuo emang mending sederhana aeee.. Haha. Umbah2 dewe ket cilik manfaate nek pas ngekos gak bingung londri.
Pengaruh keluarga dan lingkungan sangat besar thd perilaku seseorang apalagi media sosial sekarang wuuih banyak sekali dan mudah diakses. Kalau iman gak kandel alias tebel, gampang terbawa arus. Akhirnya barang kw pun jadi asal kelihatan keren, barang ori dan kw juga gak beda jauh
Iya mirip banget. Paling cuma beda satu warna aja dan orang awam gak akan tahu kalo itu KW. hihihih.
tulisan berbobot!!! bisa buat nambah referensi
Mas ndop, seperti biasa, postingan kali ini sukses ada 51 kali HAHAHA :D
Akeh ya hahahaha
Tulisanmu mesti kok dowo yo mas ndop, marai minder…
Khan aku jarang posting. Sekali posting kudu dowo ben wong2 iso nyicil mocone.
sekarang orang salah trus kita marah malah dibilang baper, bukannya minta maaf
Haha generasi baper emang generasi yg ribet.
Wah sama, saya juga suka banding-bandingin abg jaman sekarang sama waktu saya masih abg. *lah padahal emang sekarang masih abg.*
nice post
ternyata itu ya salah satu efek negatif teknologi ;) maunya praktis, gak taunya menumpulkan otak
bener. setuju.
rugi ikut gaya orang yang ngak ada habisnya
“aku mungkin tidak bisa merubah dunia, tapi bukan berarti dunia bisa merubah aku”
Josh quotenyaaa…
Kalau menurutku baper-lah pada tempatnya. Karena perasaan memang diciptakan untuk merasa, hanya saja terkadang kita ttidak menaruh pada tempatnya.
Setuju. Asal bapernya gak ke iri dengki sih ya ga masalah.
Mantap mas tulisannya, jaman sekarang mah apa-apa dibilangnya baper yah… :”)
Btw, suka sama desain-desainnya, mantap!
Yoi mas. Makasih yaaa
Jebule ora wong wadon thok sing nyileh klambiyo
Ning perkara gengsi gengsian kayak’ke ora cah ABG thok, wong wong sing wes dewasa khan yo akeh sing gengsine gede nek ora nduwe barang barak sing ana merek’ke
Bener. Ternyata perkoro gengsi gak cuma terjadi jaman saiki, jaman biyen yo wis ono, cuman gak akeh terekspose koyok jaman saiki.
Mantap tulisanannya bang .
sayang gak ada gambar-gambar buat selingan artikelnya
Sekarang sudah susah. orang salah bukannya minta maaf, malah ngomong “gitu aja kok baper”.
NAH ITUUU.. jadi pin misuh misuh kan yaaa