Jadi Begini

Kalau kalian perhatikan dengan seksama, sampeyan akan menemukan bahwa photo wajah saya ada yang nggak wajar… Perhatikan photo photo di bawah ini berikut: (bahasane mbulet!)

muka tidak wajar

Coba bandingkan photo kiri dan kanan. Sudah? Oke, mana photo saya yang asli? Sudah tahu? Apa masih bingung?

Oke, photo saya yang asli adalah yang kiri (tentu saja, hehe). Nah kenapa bisa aneh begitu ya? Hehe… duduk yang rapi dulu, eh, itu yang dibelakang, iya iya kamu, yang kepalanya botak, iya kamu bener, kamu maju ke depan dikit ya, biar jelas kedengaran. Ini mbah ndop mau cerita serius… hehehe.. uhuk uhuk…

Kira-kira belasan tahun yang lalu (ketauan kalau sudah tua nih, haha, tapi mana ada yang tau kalau aku sudah tua, wajahku khan masih imut-imut kayak bayi baru lahir.. #membeladirimembabibuta). Saya ulangi lagi, jadi kira-kira waktu saya kelas 4 atau 5 SD gitu, saya pagi-pagi main lompat tali pakek karet gelang itu lo.

Jaman dahulu, semua cowok atau cewek mainan lompat tali. Soalnya ketika masih berumur di bawah 12 tahun, justru saya menemukan tubuh teman-teman ceweklah yang lebih tinggi dari pada cowok. Malahan ada temenku cewek yang bernama Dedeh, dia itu sejengkal lebih tinggi dibanding aku!

Nah, demi kesuksesan main lompat tali di sekolah nanti, saya sering melatih diri di rumah. Bangun tidur pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, mengikatkan tali karet gelang itu di pohon. Ujung yang satunya diikatkan di tiang tembok. Lalu disetting tingginya. Saya suka yang ekstrim. Saya pasang setinggi MERDEKA, anak di sini menyebutnya SAK MER (SAK MERdeka). Sak mer adalah setinggi orang berdiri dengan tangan ke atas!

Setelah tinggi diset sak mer sedemikian rupa. Saya siap ancang-ancang pada jarak yang lumayan jauh. Lalu menghitung dalam hati, satu.. dua.. ti.. GA!!!! Saya melesat lari ke depan tanpa beralaskan apa-apa. Keadaan tanah sedang enak-enaknya. Alias dalam keadaan kering. Sampailah aku tepat di depan tali karet gelang itu. Melompatlah tubuh yang ringan ini ke atas. Tapi….

Ternyata saya terpeleset! Saya terjatuh. Dan jatuhnya mengenaskan! Karena selain tidak ada yang menolong, saya jatuh dengan posisi kepala duluan. Lebih tepatnya DAGU duluan!

Sejak itulah… Mungkin… Dagu saya ini jadi miring! Kalau mulut ini menganga, terdengar bunyi “klek” di tulang rahang kiri dekat kuping. Ah, jaman dulu aku sih nggak mikirin yang mau ke dokter atau nggak. Maklum keuangan keluarga juga pas-pasan. Jadi masalah kecil seperti itu juga lama-lama terabaikan. Apalagi bunyi “klek” itu juga nggak sakit. Jadi kenapa harus ke dokter? Hehehe..

Ternyata, bunyi itu kadang diselingi rasa sakit juga. Apalagi pas lagi flu, di mana orang lagi flu khan persendian suka meriang. Begitu juga dengan rahangku. Walhasil sampai sekarang saya males minum es. Takut kena flu. Soalnya kalau flu, mulut ini nggak bisa menganga dengan bebas. Kalau dipaksa akan sakit dan bahkan susah mengembalikan ke posisi semula!

Saya pun googling beberapa hari kemarin. Dan mendapatkan artikel yang lumayan banyak tentang bergesernya rahang tersebut. Wow… ternyata solusinya adalah dengan operasi. Jadi dibedah begitu. Trus dibenarkan letak rahangnya di tempat yang tepat. Dan lagi-lagi masalah biaya jadi kendalanya. Biaya operasi begituan bisa 10 juta lebih. Hohoho…

Nah, selama ini saya pun hanya modal percaya diri saja kalau diphoto. Saya juga mengusahakan untuk tidak diphoto tepat dari depan, soalnya wajahku nanti kelihatan aneh. Pipinya besar sebelah gara-gara rahang miring itu. Hehe…

Saya baru bilang ke ibuk beberapa hari kemarin. Kalau saya pingin periksa ke dokter tentang rahang gak beres ini. Ibukku pun sante menjawab begini, “Halah ndop, kamu begitu saja sudah ganteng!” :sip:

Haha.. Heheh… yasudah lah. Manut saja. Menurut saja sama ibuk. Kecuali kalau saya nanti jadi artis, di mana penampilan menjadi modal besar, mungkin saya mulai berfikir untuk operasi. So far, begini saja saya sudah bersyukur deh.

So, ini postingan blak-blakan saya nih mengenai betapa malunya sebenarnya saya ini ketemu teman-teman di dunia nyata. Soalnya banyak yang tanya ‘kenapa pipimu sebelah ndop? Kok besar sebelah, sakit gigi ya?’ Kalau sudah ketauan begitu saya hanya bisa senyum lebar, soalnya dengan senyum itu, pipiku yang tembem sebelah bisa agak tertutupi. Hihihi….

207 Comments

Leave a Reply to MeCancel reply