PART I

1983

foto bayiku yang imut-imutLahir alon-alon dengan selamat ke dunia yang indah ini pada hari Sabtu tanggal 30 Juli 1983 atau tanggal 19 Syawal 1403 H dengan nama MUHAMMAD ALI MUDZOFAR. Biar gampang dipanggilnya, karena dzofar itu terlalu susah untuk lidah jawa, maka dipermudah menjadi ndofar. Karena ndofar juga masih susah diucapin, dipermudahlah lagi menjadi ndopar. Karena ndopar kurang gahol, disingkatlah menjadi ndop!

Katanya waktu mengandung aku, si ibu sempat puasa juga lo, hebat ya. Kelahiranku dibantu oleh seorang Bidan bernama Bu Kamaluddin. Waktu itu aku lahir di rumahku yang sekarang ini. Konon, keluargaku sempat ngontrak rumah 2 kali ketika aku belum lahir.

Aku anak ke empat lo, dari 5 bersaudara. Sebenarnya sih anak ke-7, tapi berhubung keguguran 3 kali (busyet! Banyak banget!), aku jadi anak ke empat deh. Ya gitu deh. Capek deh..

Katanya, aku mimik cucu ibu sampai 3,5 tahun (lebih!). Alias over dosis kali ya. Normalnya khan 6 bulan.Eh, barusan ibuku tak interview, katanya rumahku waktu aku lahir masih batu bata, belum dilepo. Dan katanya lagi, saking nggak becusnya tukang yang ngebuat rumahku, temboknya bisa diintip dari luar. Ya.. soalnya ngeleponya nggak rapi, jadi masih bolong-bolong.

Gara-gara si tukang kurang pinter itu (bahasa kasarnya goblok!), konon ketika ada kucing garong yang bandel, ee.. ketika digusah alias diusir, kucing itu sanggup menembus tembok sampai bolong ngecap kucing. Bayangkan sampai 2 lo bolongnya. Waktu itu, kasurku cuma satu. Dibuat tidur orang enam. Kok ya muat. Sampai-sampai mbakku yang tidurnya polah, dicencang kakinya di salah satu besi kasurku. Hahaha… ada-ada saja!

1986- tidak diketahui

Aku menderita sakit batuk yang lumayan parah dan lama. Sampai-sampai suaranya “EHUUUUUK… EHUUUK…” panjaaang banget. Dan semua tetanggaku tahu itu. Soalnya mereka pernah cerita ketika aku sudah agak gedhe. Bahkan saking seringnya ke rumah sakit, aku malah lebih betah di sana dari pada di rumah. Katanya, aku malas di ajak pulang ke rumah kalau sudah di RS. Mungkin karena di RS lebih bagus dan bersih kali ya.

foto balitaku yang imut-imutTapi untunglah, seiring bertambahnya umur, penyakit menyebalkan itu ilang dengan sendirinya. Mungkin obatnya baru bereaksi setelah beberapa tahun kemudian. Aneh. Bahkan sampai sekarang alhamdulillah aku sehat-sehat saja. Mungkin benar kata orang dulu, kalo kecilnya sakit2an, maka gedhenya akan sehat-sehat saja. Demikian sebaliknya. Yaah.. setidaknya itu terbukti di keluargaku.

1989

ndop TKAku pertama kali sekolah di TK Perwanida. Yang sekarang TK itu sudah dibuat playgroup.

Waktu itu, sebenarnya aku sudah bisa baca. Diajari privat mbakku. Namun, karena biar tambah teman, maka sekolah TK saja. Karena sudah bisa baca, maka TK-nya aku cuma setahun.

Soalnya ketika baru masuk langsung ditaruh nol besar. Aku terkenal pinter nggambar. Lomba-lomba menggambar dan mewarnai pun sering aku ikuti, walau nggak pernah menang, tapi aku menikmati banget.

1990-1996

Aku SD di SDN Kauman 2. lumayan berprestasi. Walau prestasi puncaknya, ada di kelas 5 dan 6 yang selalu ranking satu. Namun tetep, aku lebih dikenal pinter nggambar daripada pinter pelajaran. Sehingga ketika ada lomba murid teladan, aku yang mewakili SD-ku, bukan temenku yang lain yang nyata-nyata lebih pinter.

Alasannya, pesertanya harus punya bakat lain selain pelajaran. Karena aku menonjol di bakat seniku, maka akulah yang mewakili SD-ku. Tahu nggak apa yang terjadi beberapa hari sebelum lomba, aku mutung! Jujur, aku males banget ikut lomba-lomba kayak gituan. Nambahi beban otak aja. Tapi karena nggak ada calon lain, aku pasrah.Kata bu guruku, aku harus belajar 5 mata pelajaran, mengarang minimal 500 kata, nyiapin baca puisi, nggambar, dll buat sesi bakatnya. Waduh banyak banget! Dan yang bikin stress adalah puisi. Aku nggak banget kalo soal puisi.

Hari-hariku aku habiskan untuk belajar membaca puisi, aku hafalkan, mencoba menghayati walau nggak tahu maksud puisi itu. Dan akhirnya aku stress. (gila, masih SD sudah stress segala!) Karena stress, aku sampai mikir bagaimana caranya biar aku gagal ikut lomba itu. Ketika naik sepeda, aku ke tengah sambil merem. Biar ketabrak atau apa, sehingga aku nggak ikut lomba. Sepanjang hari, dadaku selalu berdebar-debar nggak karuan. Ndredeg pol-polan. Pokoknya selalu begitu. Dan semakin menyiksa. Dan sehari sebelum hari H, aku panik banget. Orang tuaku menyuruh untuk banyak-banyak baca sholawat ketika lomba.

Ndop SD

Lomba murid teladan pun dimulai. Nggak tahu kenapa, aku malah plong. Aku malah pede. Dan ketika mengerjakan soal-soal, aku malah sante. Semakin santenya, aku lupa kepanjangannya IPTN. Padahal waktu itu, soal itu gampang banget. Mungkin karena hari-hariku aku habiskan untuk belajar puisi, yaa.. lupa semua deh, semua pelajaran.

Ketika sesi tulis sudah selesai, ee.. malah disuruh pulang. Lho..kok?? katanya ada sesi bakat?? Ternyata sesi bakat itu diikuti oleh 10 besar. Sedangkan aku masuk 11 besar se-kecamatan. Yaaah… sia-sia deh, puisi Diponegoro yang sudah terlanjur hafal di luar kepala. Aku juga pernah punya prestasi membanggakan (bagiku sih..), soalnya aku mewakili kecamatan Nganjuk dalam lomba menggambar dengan tema dekorasi.

Waktu itu aku nggambar leak bali. Sebenarnya, ada yang lebih pinter nggambar dari aku, tapi dia terlanjur diikutkan seni patung. Khan nggak mungkin dobel tuh, jadi seni lukisnya aku. Walau aku pake crayon sih. Hehehe.. lagi-lagi, aku nggak menang. Yaah.. nggap papa deh.. yang penting ikut berpartisipasi.

1997-1999

Kalau semua teman-temanku pada nglanjutin ke SMP favorit, aku malah nyentrik sendiri buat ngelanjutin ke MTsN. Secara keluargaku termasuk santri. Walau akunya nggak santri sama sekali, namaku doang kali yang keliatan santri.

Masuk deh mak blundeng ke MTsN. Secara danemnya kegedhean. Danem 36 aja masuk kok. Lha aku 44,41 (–wuih sombong!!–), jelas-jelas mak blundeng toh. Namun, di MTsN aku terlalu menonjol, bukannya nyombong sih, anak-anak MTsN yang aku kira baik-baik, pinter-pinter ngaji dll, ternyata belum tentu. Buktinya, budayanya sangat berbeda dengan budaya yang aku temui ketika SD.

Ada PR 90% semua mengerjakan. Guru menerangkan, 90% murid menyimak. Itu kalo di SD. Tapi kalau di MTsN, paling banter 50%. Itupun 99%nya perempuan. Gimana aku nggak kebanteren tuh sekolah di situ?? Akhirnya, dengan dalih beradaptasi, aku pun jadi ikut-ikutan mereka. Secara gitu loh, masih setingkat SMP. Khan masih labil. Dan aku memang kebetulan SMP di MTsN yang kurang lebih 95% orang ndeso.

Jadi mereka nggak usum yang namanya belajar di rumah. Pulang ya pulang Trus main. Besoknya sekolah. Dan itu yang dia nanti-nanti. Karena juga bisa buat alasan untuk tidak ke sawah atau ngurusi kambing. Itu yang aku rasakan.

Mereka kalau sekolah pulang pagi, nggak berani pulang. Karena kalau sudah pulang sebelum waktunya pulang, mereka akan disuruh ke sawah, angon wedhus dll. Mereka males ah. Mending sekolah saja. Alhasil, ketika aku dikatakan meraih ranking satu paralel (ASTAGA!! Paralel BOO’!!) aku langsung shock! Tapi untungnya, ada dua yang nilainya sama. Dan untungnya, bukan aku yang dipilih.

Tapi tetep, semua anak tahu kalau aku bukan anak bodoh. Itu tidak seberapa. Tapi kalau sudah semua guru tahu, waah… bencana!! Dipaksa ikut OSIS, Pramuka, petugas upacara, dll. Nggak boleh nolak tuh. Gimana nggak jengkel. Dan karena rumahku paling kota, aku pun kebagian bawa-bawa kompor, layah, wajan, panci, dll ketika pondok romadlon. Secara nginep 3 hari plus masak sendiri. Benar-benar seperti mondok beneran.

Adaptasiku sangat berhasil. Setelah menerima rangking satu paralel, akupun berhasil menjatuhkan rangkingku ke angka rangking 19. Semua heboh!! Ada apa dengan mudzofar? Begitu mereka menyebutku. Aku malah bangga tuh. Karena itu bekal untuk tidak disuruh-suruh menjabat ini-itu.

Dan ternyata memang benar, aku merasa lebih ‘bebas’ dengan nilai rendah seperti itu. Dan karena sudah bebas, maka aku pun kembali tidak stress lagi. Dan prestasi pun kembali naik walau sengaja tak pelan-pelanin. Biar nggak keliatan. Biar nggak disuruh-suruh. Dan ketika menginjak kelas tiga, aku kali ini lebih serius belajar lagi. secara memang aku pingin ninggalin sekolah kayak gini. Soalnya biayanya ternyata lebih mahal.

Bayangin ya, Ebtanas mbayar, cawu mbayar, dan mbayar-mbayar lain yang seharusnya gratis dibiayai pemerintah. Dan aku memang berhasil, kali ini sangat memukau. Yaitu danem tertinggi kedua paralel… WAOW!!! Nah, ini nih yang keren. Awal bagus, ending juga bagus. Semoga itu juga terjadi di kehidupanku kelak. Amiin…

1999-2002

Alhamdulillah aku masuk SMU favorit juga. Dengan danem pas-pasan baget dan berbekal pede segrangsing. Aku cuma mendaftar satu SMU saja. Padahal resikonya gedhe banget lo. Kalau aku nggak ketrima, aku musti masuk di swasta atau nggak sekolah setahun.

Tapi, akhirnya aku masuk juga.Seminggu saja aku di Sekolah Umum Negeri itu, aku merasa kembali berada di duniaku. Dunia yang penuh dengan kompetisi sehat Dunia yang hilang selama 3 tahun. Prestasiku juga lumayan, walaupun nggak pernah menjabat rangking I. Tapi nilaiku bagus. Dan semua rata-rata. Bagus semua.

Tapi tetep, aku males ikut-ikutan ektrakurikuler. Sak jane diwajibkan ikut satu ekstra. Oke, aku ikut MT. trus, English Club. Tapi ya itu, Cuma daftar doang. Masuk di bulan-bulan awal. Setelah itu… ‘cling’… ngilang! Gak tahu mlebu. Hehehe… cuma English Club lah yang sedikit tertarik. Karena MT pada saat itu aku nggak ‘sreg’ dengan kegiatannya yang kurang ‘ndeso’. Maklum jebolan MTsN yang notabene ‘ndeso’.

Waah.. ada sedikit yang lucu. Waktu semua pada masih pakek baju smp masing-masing, aku yang aneh sendiri. Soalnya pake celana sendiri. Huahahaha… jadi si ketua OSIS yang lagi milih petugas upacara, gampang banget milih gue. Tinggal ndodok, ee… keliatan deh gue, langsung deh, aku ketahuan… kalau aku dari MTs. Otomatis, aku jadi tim petugas upacara bagian membaca do’a. Waduh!!

Di SMUDA Nganjuk, aku juga sempat meraih prestasi lo, juara I lomba kaligrafi, juara III Karikatur, Juara III lomba masak, Juara I Lomba bahasa Inggris (satu team mewakili SMU, aku kebagian pas listening doang. Soalnya aku khan yang hafal lagu-lagu barat. Hehehe.), Juara satu lomba bahasa Inggris lagi, tapi kali ini aku mewakili kelas 2-3.

Nah, anak-anak SMU 2 sampai sekarang masih sering berhubungan satu sama lain. Melalui milis, friendster di internet. Yang hilang itu ya temanku waktu MTs, mbuh podho nang ndi?? I miss you all…

Sebenarnya ada reuni tiap tahun, tapi tahun ini nggak ada reuni sama sekali. Makanya aku kangen banget… huehue… Cuma IPA 5 doang yang paling kompak!!! Yo the best!!!! IPA 5 itu seems like surganya teman-temanku. aku paling konyol ya di IPA 5, paling ndableg yo di IPA 5, main kertu, omben arab, konser 10 lagu di kelas pas ulang tahunnya Bu Rohana. Klotekan ria kalo lagi ngaso dan jam kosong. Sayang waktu itu belum ada AFI atau Idol, kalau ada, waaah.. aku nggak mungkin bisa menolak dukungan teman-teman untuk ikutan ajang itu.

2002-200…

Ehm..ini agak berat, aku belum lulus kuliah (ketika menulis ini) di Statistika ITS. Benar-benar jurusan yang berat (menurutku). Aku memang bukan orang-orang yang setype seperti temanku sejurusan. Yang hidupnya serba praktis, penuh perhitungan, pikirannya bisnis, cari uang sebanyak-banyaknya, kaya raya, jadi orang sukses, bangga kalau sudah kerja di perusahaan bonafit yang duitnya gedhe, yang kerjanya duduk-mikir-dapet duit.

Dan bejibun hal-hal yang menurutku hanya membuat stres di kepala. Yang menurut mereka, hidup tidak dibiarkan mengalir saja seperti apa adanya. Tapi hidup harus dipaksa untuk menjadi orang yang kaya, punya rumah sendiri, punya investasi, dan segala tetek mbengeknya. Mungkin aku juga akan begitu nantinya. Tapi nggak tahu, sampai sekarang aku nggak mikir yang kayak mereka pikirkan.

Mungkin itulah alasan terbesar kenapa aku males lulus. Selain karena memang males, musti ngulangi belajar lagi, karena sempat vakum nggak buka buku statistika selama setahun lebih, dan lebih memilih untuk belajar yang lain.Aku belum siap untuk kehidupan yang bergerak secepat itu. Yang ngorbanin ini-itu, ngorbanin keluarga karena musti kerja di luar kota yang kadang lebaran pun nggak sempat pulang kampung, yang menjadi manusia super sibuk seperti robot yang kerjanya diforsir sehingga tidak ada waktu untuk sekedar merasakan dinginnya malam, sejuknya embun pagi, suara kicau burung, dll.

Karena hal itu sangat berharga di jaman sekarang yang mungkin beberapa tahun kemudian, kita sudah tidak bisa merasakannya lagi. Mbok yo leren…. Itulah mungkin pesenku buat para manusia yang super sibuk di luar sana… hehehe…

Aku sempet bekerja sebagai layouter Tabloid Majalah. Seminggu sekali terbit. Lumayan buat beli baju. Karena aku memang sudah lama tidak beli baju. Lalu, karena beberapa hal, perusahaan itu vakum sejak juni 2007. Tapi lumayan lah menambah pengalaman ngelayout.

Kembali ke jurusan. Sebenarnya, jurusan itu bukan jurusan secara naluriku. Semua orang yang kenal aku pun menganggap aku salah jurusan. Soalnya memang nggak ada seninya sama sekali kecuali seni menghitung volume pakek integral rangkap tiga. Hehehe… semoga saja aku bisa berubah fikiran di semester depan.

Doain aja ya.. (nggak usah nyuruh ini itu ke aku, soalnya takutnya aku akan nyuekin kamu). Do’a saja ya… biar aku untung, kamu juga untung dapet pahala… Yaaah… dasar orang aneh, masih seumur jagung sudah bikin biografi, mana biografinya asal lagi. Dibuat sendiri, dibaca sendiri (untung-untung ada yang mau baca, hehehe…) Masih banyak sebenarnya yang perlu dicritakan, tapi ndak tahu kok otak ini buntu ya….

UPDATE 2013: Akhirnya saya memutuskan untuk DO saja. Toh melanjutkan kuliah di jurusan yg nggak aku cintai itu cuma bikin aku stress. Nih cerita selengkapnya bisa di baca di sini: KENAPA SAYA DO KULIAH.

PART II

Ndop dan Tidur

Waktu kecil, si ndop kalo tidur selalu rapi. Maklum ortu selalu mendidik anak-anaknya untuk selalu rapi. Tatanan rambut yang klimis, baju yang selalu disetrika sampai licin, memakai baju selalu dimasukkan ke dalam celana. Hnah, kalau si ndop rapinya kebablasan. Dia nggak hanya rapi di kehidupan sadar sehari-hari, tapi juga di kehidupan setengah sadarnya di malam hari.

Iya betul itu, si ndop itu sering kali terbangun kalau ada sedikit saja bajunya keluar dari slempitan celana pendeknya. Entah itu celana kolor maupun tidak. Alhasil dia nggak selalu sukses untuk tidur semalaman tanpa bangun. Selalu aja ada acara untuk bangun hanya untuk memasukkan kembali letak bajunya ke dalam slempitan celana pendeknya. Tentu saja nglakuinnya sambil merem. Mungkin kalau ada lomba tidur paling rapi, akulah pemenangnya. Weleh-weleh..

Selain rapi, si ndop juga sering ngigau (nglindur, red.) ketika tidurnya. Ngigonya begini, “Buuuk… mimik teeeh……” berulang kali sampai terdengar “inting-inting-inting..” tanda sang mamah sedang mengaduk teh pesananku. Setelah minum, langsung deh, rebahan lagi… zzz…zzz…

Nggak hanya itu, ndop kecil kalo mau pipis juga bilang begitu, “Buuuk.. bet pipiiss…” lalu dengan segera sang mamah sambil merem mengangkatnya di dekat jendela kamar … cuurrr….. **sama-sama sambil meremnya**

Si ndop juga pernah (bahkan sering!) tidur sambil berjalan. Pernah ditemukan kasus aku tidur dan berjalan menuju dapur dan mengambil gelas, sendok, mengaduk-aduk gelas dengan sendok. Lalu meminumnya. Tentu saja nggak ada yang diminum, selain udara.

Aku juga pernah berjalan sambil tidur sampai di belakang rumah yang banyak papringannya (pohon bambu yang rimbun, red), pohon asem, pekarangan, yang semua tidak diterangi oleh lampu alias gelap gulita. Alhasil, ibuku dan kakakku yang kebetulan tahu, langsung ngikutin dari belakang pelan-pelan, membiarkan aku berjalan, sampai aku kembali ke rumah dengan sendirinya…

Masih dengan ndop dan tidur, si ndop paling nggak bisa tidur sendiri. Kecuali ketiduran. Sampai sekarang pun tidurnya masih sama adiknya, Pipi. Walau ditemani sama bau ompol pesing, dia tetep mau. Walau musti muter kipas angin dulu..

Pernah suatu ketika, si ndop tidur sendirian. Dan apa yang terjadi? Si ndop diganggu terus di dalam tidurnya. Mimpi buruk. Lindihen, yaitu pas tidur trus tiba-tiba rasanya tangan, kaki, dan seluruh tubuh nggak bisa bergerak, melek aja juga susah. Kayak digujek (dipegangi, red) sama makhluk yang demikian besarnya. Dan hal itu sangat menyeramkan bagi ndop. Baru kalau sudah dibacain ayat kursi dengan susah payahnya, si makhluk besar itu ilang secara berangsur-angsur.

Ndop dan pakaian

Aku kecil, kalo pakek pakaian selalu kumplit, selalu memakai kaos singlet dan selalu rapi. Lebih sering pake kemeja yang ada beniknya (kancing, red). Kenapa bisa begitu? Konon, ibukku bersahabat banget sama pak leknya yang seumuran dengan ibukku. Persahabatannya sampai tua (sampai sekarang). Mbahku yang aku panggil Pak Yong itu punya keahlian menjahit. Jahitannya bagus, halus dan berkualitas. Jadi tarifnya juga lumayan mahal. Tapi khusus untuk keluargaku, gratis!

Jadi kalau keluarga-keluarga lain pas musim mau lebaran pada pergi ke toko-toko pakaian, keluarga kami berbeda, perginya ke toko kain. Memilih-milih motif kain. Dan menjahitkannya ke Pak Yong yang tinggal di Caruban Jatim. Menjelang takbiran, baru deh baju, celana, yang sudah jadi diantar ke rumahku sambil dia belanja kebutuhan menjahitnya di Nganjuk.

Untuk selera pakaian, ndop kecil tergolong unik. Dia lebih menyukai motif batik timbang motif yang lainnya. Alhasil ketika lebaran tiba. Motifku paling aneh di antara anak-anak sebayaku.

ndop pakai batik

Eit, ndak waktu kecil saja si ndop suka batik. Pas kuliah pun dia masih demen. Malah lebih ekstrim. Semua di batikin. Sampai bindernya aja disampul pakek kain batik. Bahkan dompetnya juga.

Sekarang ini, si ndop paling suka sama kaos batik wisata yang tipis itu. Di samping harganya murah nggak ada limabelas ribu, kainnya yang tipis itu enak banget dibuat tidur. Si ndop juga favorit banget sama kaos olah raga. Apalagi kaos olahraganya SMA dulu. Sampai favoritnya, sudah sobek berkali-kali dibela-belain didondomi (dijahit manual pakek tangan, red.) sampai bisa dipakai lagi.

Kaos Olah raga favorit ndop

Dia juga nggak lagi makai kaos singlet seperti dulu. Kecuali acara-acara resmi yang musti pakek kemeja. Kalau dulu, wajib fardlu ‘ain pakek kaos singlet. Sekarang juga nggak ada acara pakek bangun tidur segala kalau bajunya keluar dari celana. Lawong sekarang justru sebaliknya kok, risih kalo baju dislempitkan ke dalam celana.

Ndop dan Musik

ndop nyanyiWah..wah..wah, jangan ditanya. Si ndop sangat demen sama musik.

Waktu kecil, ortu suka banget sama gambus, dangdut, oldies, blues, Rhoma Irama, qosidah nasidaria. Trus kakak-kakakku sukanya macem-macem, mbakku suka Kla, Dewa, musik-musik barat. Masku suka Metallica, Sepultura, Jamrud, G ‘n R. masku satunya suka Kirey, Lisa A Rianto, Desy Ratnasari, Novia Kolopaking. Aku sendiri masih ngikut.. trus pada akhirnya aku menemukan selera musikku, yaitu Rap. Iwa K, Pesta Rap satu sampai tiga, G-tribe, aku punya. Trus meningkat ke Eminem, Limp Bizkit, Linkin Park, Missy Elliot, R n B, Pop, Mariah Carey, Melly Goeslaw, walah wes hwakeh pokoke….

Si ndop tiap hari karaokean. Katanya sih, buat latihan vocal. Ndop, ndop. Tapi, sebagus-bagusnya aku menyanyi, nggak ada yang nanggepi. Di keluarganya, si ndop merasa menjadi orang asing yang punya bejibun hobby yang beda sendiri. Dia menyukai seni. Apapun bentuknya. Keluarga yang lain, nggak ada yang sefanatik aku.

Seni yang paling disukai adalah seni musik. Terutama nyanyi. Soalnya yang memungkinkan cuma itu. Di rumah nggak ada alat musik. Pernah suatu ketika, bapakku menghadiahi aku piano mainan seharga 22 ribu ketika aku dihitan dulu, aku maksimalkan kemampuan mainan itu. Aku pun secara otodidak bisa memainkan melodinya seperti yang ada di settingan demonya. Kalau mereka menanggapi dan memasukkanku ke les-lesan piano, bukan nggak mungkin sekarang aku bisa berpiano ria.

Untungnya ada acara AFI. Kritikan-kritikan mbak Iik lah yang membuatku tahu dikit-dikit caranya bernyanyi. Aku pun memberanikan diri ikut-ikutan ajang pencari bakat menyanyi itu. Indonesian Idol 2 dan Idol 4 aku ikutin. Walau masih gagal, aku sangat senang bisa ikut berpartisipasi.

Ndop dan Björk

bjork is my idolDialah mai biggest aideul. Aku memang suka yang unik. Yang susah ditiru. Yang berat musiknya. Yang nggak ada yang nyamain. Yang nggak kacangan!

Sampai ngefansnya, aku kecewa banget pas nggak nggak bisa nonton dia 12 februari 2008 kemarin. Karena harga tiketnya yang nguzubile itu. Alhasil, internetlah temanku sehari-hari buat ngehanting video konsernya di Jakarta.

Koleksiku sudah empat giga di hardisk komputernya masku. Entah itu empithri, videoz, fotouz, wolpeipaz, halaman-halaman web, lirik, buku, biografi, dsb.

Kamarku juga saya kasih wolpeipahnya mbak björk yang aku print sendiri. Gedhenya sembilan kali kertas A4. tapi sayangnya, di Nganjuk nggak ada satu pun koleksinya di toko kaset. Alhasil, aku minta bantuan internet untuk mencari gratisan empithrinya. Dan dapet semua, hehehe… makasih ya internet..

Kenapa suka björk? Wong musik nggak jelas gitu kok suka?

Ndak tahu ya, pokoknya tiba-tiba mak “klik” saja pertama kali denger lagunya. Waktu itu ndak sadar buka webnya. Trus penasaran pengen denger lagunya. “its in our hand” lah lagu pertama yang kudengar secara online. WAOW thatz amazing!! langsung nggak banyak cingcong, hunting terus lagu2nya sampai sekarang..

Dulu waktu kecil sudah sering dicekoki musik-musik pribumi. Musik-musik standar. Akhirnya waleh (bosan, red.). Yang pada akhirnya menemukan björk dan nggak bosan-bosan.

Pengen banget bisa punya teman yang sama-sama suka björk. Aku minta bantuan mbah internet lagi. Untung ada friendster. Semua yang suka sama bjork aku add. Mereka-merekapun ngerespon. Waow… aku jadi sumringah… alhasil lebih dari limapuluh persen temen FSku adalah penggemar Bjork.

Ndop dan Nggambar

Ini adalah hobby pertamaku. Ini juga yang lebih menonjol dan menorehkan prestasi. Beberapa lomba pernah diikuti (atau lebih tepatnya diikutkan). Pertama sih pas TK. Pernah ikutan lomba melukis se-Kecamatan. Trus SD, mewakili kecamatan Nganjuk. Trus SMA, ikut lomba kaligrafi mewakili kelas 1-3, menang juara I, lomba karikatur, mewakili kelas 2-3, dapet juara III. Sudah itu saja.

Selanjutnya adalah sekedar hobbi saja. Tapi hobby memang membawa berkah. Banyak juga pesanan-pesanan gratis dari teman-teman MTsN, SMU, kuliah. Kenapa gratis ndop?? Khan tadi aku bilang “hobby membawa berkah”, bukan hobby membawa uang”. Hehehe… biar Gusti Alloh yang membalas. Amiin…

Seneng banget pas ke Jember ke Rumah Heru, dia memajang hasil karyaku yang bergambar dirinya di ruang tamu. Aku memang memberikan karyaku itu sebagai hadiah ulang tahunnya. Di ruang tamunya itu, karyaku dipigora sedemikian eksklusifnya. Nggak nyangka apresiasinya sedemikian besar terhadap karyaku. Thank yu sou mach, brah!!

Ndop dan nulis

Ini baru hobby baru. Sebelumnya si ndop juga pernah bikin-bikin komik waktu esempeh. Tapi ceritanya masih blank. Nggak fokus. Iseng aja bikin komik di kelas waktu nggak mud dengan pelajaran.

Lama-kelamaan, aku jadi suka baca novel. Sebelumnya komik kungfu boy aku demen banget. Trus Doraemon. Novel pertama yang kubaca adalah Lupus dan Ghoosebumps. Trus seiring berkembangnya isi otak (ceille isinya apa ndop?? Pop corn?), aku baca Mira W. dan Chicken Soup.

Ceritanya nih aku nggak mau kalah sama penulis novelnya. “Alah, aku juga bisa bikin novel seperti ini,” dan novel pertamanya pun ditulisnya, judulnya “Jalan Kaki dari Gebang ke Bungurasih.” Tapi tetep, namanya masih belajaran (sampai sekarang pun masih belajar), isinya ke mana-mana, nggak fokus. Tapi lumayan ada yang nanggepi. Lagi-lagi Anang dan Mukhlason. Hehehe…

Pas usum-usumnya friendster, aku bikin. Entah berapa puluh ribu kuhabisin buat ngedit profilenya sampai sesuai keinginan. Sampai akhirnya bosen sendiri setelah tahu ada blog di FS. Jadi deh, konsennya bikin tulisan di blog FS.

Atas saran Anang, aku bikin blog di situs blog sebenarnya. Sampai sekarang. Blogku di Friendster sudah saya hapus. Biar pas di searching di mbah gugel nggak nyambung-nyambung ke blog FS lagi. Hehehe…

Ndop dan Makan

Waduh jangan ditanya, pak de ndop yang satu ini sangat demen sama yang namanya PEDES!!.

lombok impling, cabe rawit

Kata ibukku, akulah di keluarga yang paling doyan pedes. Katanya ibukku lagi, akulah juga yang paling kecil doyan pedes. Umur tiga tahun (atau mungkin sebelum itu!) aku sudah dicekoki sama sambel. Bukannya menolak, aku malah cepet makannya. Nafsu makan juga malah naik kalo pakek sambel.

Nah, sialnya, di Surabaya, tempatku kuliah selama hampir DO ini, makanan pedas sangat langka. Walhasil aku tersiksa secara pelan-pelan di kota ini. Omaigot. Pingin deh masak sendiri.

Aku makan bakso itu sambalnya bisa tiga sendok makan. Makan rujak, lomboknya bisa tuju, sembilan, sebelas. Pokoknya ganjil. Wekekek…. Wong beli tahu tek aja aku dikasi lombok tiga belas kok. wekekeke… tapi tetep aku bukannya kepedesan, malahan ketagihan dan menjadi langganan beli tahu tek pak Yusman di Gebang (yang dipojokan Gebang Lor itu loo..)

Pokoknya sampeyan kalo ngajak aku makan, trus makanannya ndak pedes. Perhatikanlah caraku makan. Pasti tersiksa banget. Pelaaan banget. Soalnya nggak pedes sama dengan anyep! wekekeke…

Ndop dan Mariah Carey

Mariah CareyHohoho… saya sangat suka sama teknik suwaranya. Makanya saya sempet-sempetin buat ngereview albumnya E=MC2 kemarin.

Kalo sampeyan mengira saya suka bodynya, yayaya… bodynya khan emang yahood.. wekeke.. tapi kualitas suaranya itu lo, menjual banget. Suara falseto yang bersih dan merdu. Suara aslinya yang Magic! suara wistle registernya yang bisa dimain-mainkan kayak piano! That’s brillian!

Kebetulan aku kenalan sama manusia yang juga suka Mariah Carey. Dialah Ongki. Akhirnya, aku punya teman juga yang sama-sama penggemar Merraiyah. Dia lebih fanatik dari aku. Soalnya aku masih ada björk sebagai idolaku.

Sori, jangan membanding-banding Mariah Carey dengan artis lain. Tetep Mariah is the best. Lagu-lagunya itu dia tulis sendiri, meramu nada sendiri, dan kebetulan semua lagunya susah-susah untuk ditiru. Makanya tak heran di ajang-ajang idol, kalo ada yang menyanyikan lagunya Mariah Carey, pasti dia penyanyi hebat. Kalau bukan, pasti hasilnya akan amburadul! wekeeke… kayak saya. hohoho…

PART III

Ndop dan Kamar Isolasi

Mas ndop punya kamar isolasi. Yaitu kamarnya sendiri yang dibuat bekerja sehari-hari sebagai Vector Graphic Designer atau istilah santenya ya Tukang Vector. Hehe. Kamar berukuran lumayan sempit dengan jendela yang kalau dibuka mengarah ke tembok tetangga itu memang lumayan gelap. Soalnya cahaya hanya berasal dari pintu kamar. Jadi kalau pintu ditutup, cahanya jadi gelap.

Jadi jangan heran kalau dirimu webcaman dengan saya trus kok terlihat gelap, hal itu wajar. Karena hanya cahaya laptop yang paling terang dibanding lampu neonnya. Untung Nganjuk adalah kota angin, jadi meskipun di dalam kamar yang tanpa ase (Air Conditioner), tapi udara tetep segar. Apalagi kalau sedang hujan kayak sekarang ini. Suwejuk euy.

suasana kamar isolasi

Sudut kiri barat, adalah lemari dan lemari lagi. Di dua lemari kamar isolasi itu terdapat baju bajunya ibu. Jadi kalau saya mengunci kamar, pasti ada yang mengetuk pintu dari luar, dia mau ngambil baju. Huhuhu…

Suasana Tempat Kerja di Kamar Isolasi

Lalu di sudut berikutnya, ada tempat kerjaku. Dan di sudut berikutnya adalah tempat manggungku. Hehehe.. Walau cuma kamar kecil doang, tapi aku sudah banyak menghasilkan rekaman lo. Nggak hanya rekaman saja, melainkan video juga. Bisa dilihat di channel youtubeku: youtube.com/ndop

Di tempat manggung itu ada dua poster segedhe gaban! Satu meter persegi. Hehehe.. Itulah poster vector. Anda pingin punya juga? Jangan ragu untuk memesannya sekarang! Harga akan naik segera! [PEMESANAN GAMBAR VECTOR]

UPDATE 2012

Aku udah ganti kamar nih. Dan kamar baru ini saya namai NDOFFICE = Ndop Office. Yuk kita lihat pintu masuknya!

pintu kamar ndoffice

Saya nampang di depan pintu yang saya templeki poster segedhe saya sendiri! Berasa punya sodara kembar dalam bentuk dua dimensi. hihihi..

Di depan meja komputer ada kasur tingkat yang bisa ditiduri empat orang! Haha. Tapi karena bagian atas nggak dipakek, maka aku buat naruh barang-barang yang gak muat di kamar. So, yup, kamarku kayak kapal pecah! Berantakan. Foto di bawah ini hanya pencitraan. Setelah dirapiin baru diphoto. Dan hanya berani moto bagian yg ini, sekalian pamer gitu. Haha :pukul:

Ruang berkarya yang penuh makanan!

Huwaaa.. isinya penuh cemilan! Gak gak, itu cuma pencitraan kok. Aslinya ya gak ada apa-apa. Tapi cemilan itu perlu kalo malam-malam harus nglembur sementara badan ini males keluar rumah cari makan. Tapi foto di atas itu lebae banget! Haha.. gak mungkin lah aku makan semua dalam semalam… *kelamaan soalnya, dua jam aja udah habis tuh!* :P

UPDATE 2013: Kamarku baru loh sekarang, warnanya kuning. Silakan dibaca postingannya di sini: KAMARKU SEKARANG KUNING!

Tebi_kentinyud…