Bahasa Jawa = Bahasa Kampungan?
|Iya dong! Kampungan banget sih masih mau pakek bahasa jawa kalau berkomunikasi? Kalau lagi pacaran, ya pakek bahasa Indonesia dong, kalau pakek bahasa jawa itu kesannya ndeso, kampungan, gak ada gaya-gayanya. Didengerin orang lain juga kayak pasangan udik. Kami gak mau dong dikira pasangan ndeso. Kami ini punya gengsi tauk! Makanya ngomongnya pakai Bahasa Indonesia, walaupun medok yg penting gaya!
______
Aku pernah naik kereta api dari Tulungagung menuju Surabaya. Waktu itu aku lagi main ke rumah dulurku di Tulungagung sana. Nah, pas naik kereta ekonomi Dhoho itu, aku duduk di depan pasangan muda-mudi yg lagi mesra-mesranya. Ngobrol panjang lebar tentang apa aja.
Mereka naik dari Kota Tulungagung (sementara aku naik dari kecamatan Sumbergempol), mereka ngobrol pakek bahasa jowo Tulungagung yang kental dengan nada khas naik turunnya. Tiap kota di Jawa Timur (dan jawa tengah?) selalu punya aksen tersendiri dalam berbahasa jawa. Nganjuk kalau ngomong jawa biasa aja, datar, tanpa nada yg nyeleot atau menaik. Kalau Tulungagung nada bicara naik turun. Kalau Surabaya beda lagi. Rendah – tinggi – rendah trus tinggi. Lucuk! Hahaha
Pasangan muda-mudi itu ngobrol tanpa henti sampe Kediri. Masih pakek bahasa jawa. Aku seneng ya kalau ada yg pacaran pakek bahasa jawa. Mereka gak gengsi gitu. Mereka masih mau melestarikan bahasa daerah.
Kereta sekarang sudah sampe kecamatan Kertosono, kereta berhenti agak lama biasanya. Dan para penumpang biasanya turun untuk membeli nasi pecel pincuk trus dimakan di dalam kereta. Setelah makan, kereta berangkat lagi..
Entah mengapa, aku amati obrolan mereka, bahasanya berubah. Jadi aneh, campur-campur..
“Kamu ndik sana nanti ojo lali telfun aku ya, awas nek lupa!”
Ternyata mas-masnya membalas dengan bahasa yg sama. Compar-campur..
“Iyo.. ndik sana nanti tak sempetin.. “
What? MANA TADI BAHASA JOWO TULUNGAGUNGNYA??? KOK SEKARANG DIA PAKEK BAHASA CAMPUR-CAMPUR?
Setelah aku amati, ternyata penumpang semakin banyak, semakin sesak, dan sesekali aku lihat penampilan penumpang baru itu rata-rata berbusana necis dan rapi. Ala-ala orang kota. Mungkin mereka habis pulang kampung dan balik ke Surabaya lagi untuk bekerja.
Oh, jadi gara-gara penumpangnya berganti, mbak-mas yg pacaran tadi juga harus mengganti bahasanya! OKE INI KEREN!
Kereta melaju kencang, sampe Jombang, mereka sudah TOTALLY NGOMONG PAKAI BAHASA INDONESIA. Sudah nggak campur-campur lagi. Sesekali terdengar sih jawanya. Mungkin mereka lupa mengontrol. Hahah..
Kereta akhirnya sampe Surabaya, and yes! Mereka sekarang omong pakek bahasa Indonesia seutuhnya! Huhahaha.. Surabaya loh padahal, wong Surabaya itu khan bahasanya masih jawa. Kenapa mereka harus pakai bahasa Indonesia, biar gaya gitu ya?
IYA DONG! BIAR DIKIRA ORANG KAYA DARI JAKARTA!
Tapi kok medok mbak ngomongnya?
BIARIN!
__________
“Oeeek… oeeeek… “ Anak kecil mungil yg cantik telah lahir ke dunia. Namanya Zhafirraa Azzahra Elisabeth Almira Monique Al Jaazirha. Dari seorang ayah dan ibu bernama Supriyatno dan Suningsih. Mereka asli jawa dong. Walaupun anaknya dikasih nama yang entah itu nama dari daerah mana. Mungkin hasil gugling di situs nama-nama-bayi.com
“Mas, anakmu ayu eram ya mas.. Koyok ibuke mestine.. “
“Lha iyo to Sih, mosok mirip bapake lak lucu.. “
“Eh mas, Si Zhafirra wis iso ngadek mas.. “ Sang suami ikutan takjub melihat anaknya sudah bisa berdiri..
“Wah hebat yaaa, Zhafirra udah bisa berdiri.. “ Kata Supriyatno kepada anaknya. Si Zhafira ketawa-ketawa lucuk sambil merem-merem dan nggleyot mau jatuh.. Dan ternyata dia jatuh terduduk. Dan nangis..
“Eh, Zhafirra jatuuh, nggak papa sayang.. nggak papa.. sini mama gendong.. “ Dengan logat medok tentu saja.
Jaazhira sekarang sudah umur 3 tahun, dia sudah hampir lancar ngomongnya.
Eh, kok Jaazhira sih? Bukannya tadi namanya Zhafirra?
Ah, mbuh bingung! Yang penting namanya keren!
Walaupun susah dihafalkan?
Ya masa dipanggil Elis? Kampungan banget dong panggilannya.. Gengsi ah!
YOWIS SAK KAREPMU!
Zhafirra sudah lumayan banyak perbendaharaan katanya. Rata-rata sih bahasa Indonesia ya. Maklum, walaupun rumahnya di Pacitan, tapi Zhafirra ngomongnya pakek bahasa Indonesia. Sama kayak rata-rata temen-temen kecilnya di desanya sana. Soalnya orang tuanya selalu ngajari omong pakek bahasa Indonesia.
Tapi ternyata Zhafirra merasa nggak natural kalau ngomong bahasa Indonesia. Dia merasa ada sesuatu yg mengganjal. Soalnya dia sering mendengar ayah dan ibunya ngomong pakek bahasa jawa ngoko biasa.
Suatu hari Zhafirra nguping pembicaraan kedua orang tuanya pas kebetulan ada tamu temen SMA mereka dulu. Mereka renyah ngomong jawanya. Zhafirra yang masih balita tentu dengan mudah menyerap bahasa jawa itu. Hingga makin lama Zhafirra ngerti bahasa jawa. Walaupun kalau ditanya pakek bahasa jawa, dia njawabnya pakek bahasa Indonesia.
“Mah, aku lapar.. Makannya apa, Ma?” Tanya si Zhafirra kepada mamanya. Eh, Zhafirra sekarang udah lima tahun loh! Udah TK gitu.
“Itu ndik meja, silakan ambil sendiri ya.. “
“Pak eeee, ndoge wis entek, ngko sore ning toko Setia ya, blonjo ndog karo sabun..” Kata Suningsih kepada suaminya.
“Iyoooo.. Aku tak budal makaryo disik yo, Sih.”
“Ndang mulih yo Pak, ojo macem-macem ndik kantor.. “ Suningsih tersenyum genit..
“Zhafirraa.. cepetan makannya nak, udah jam setengah delapan nih.. Nanti kamu telat lo.. ” Zhafirra menuntaskan minum susunya. Lalu salaman cium tangan mamanya dan berlari melompat ke belakang jok motor papanya.
“Berangkat paaaaaaa!!!”
Ternyata di sekolah, teman-teman Zhafirra juga kalau ngomong pakai bahasa Indonesia. Kalau ada yg pakai bahasa jawa, pasti udah diasingkan sendiri dan dipandang sebelah mata dan dikira udik sama teman-teman lainnya.
_________
30 tahun kemudian, ketika orang tua Zhafirra udah meninggal. Zhafirra sudah nggak bisa mendengarkan percakapan bahasa jawa lagi. Semua orang di lingkungannya sekarang pakai bahasa Indonesia.
Gak hanya di Pacitan, ternyata ketika kuliah, pun, teman-teman Zhafirra yg berasal dari berbagai kota di Indonesia itu semua pakai bahasa Indonesia. Udah gak ada bedanya mana yg asli Jakarta dan mana yang asli Jawa Timur, semua melebur menjadi satu. Saking seringnya, mereka bahkan udah nggak medok ngomongnya. Semua jadi sama. Nggak ada bedanya. Gak unik.
Pada saat itu, pelajaran Bahasa Daerah udah dihapus di sekolah-sekolah. Sudah dianggap nggak penting. Namanya komunikasi khan yang penting satu sama lain bisa paham. Kenapa repot-repot belajar bahasa daerah kalau malah justru ribet. Mau ngomong sama orang tua saja harus pakek bahasa jawa yg ini, omong sama yg lebih muda pakek yg ini. Repot!
Kalau mau mempelajari bahasa Jawa, ya harus di bangku perkuliahan. Itupun sangat sepi peminat. Justru mahasiswanya orang bule dari luar negeri yang kepingin mempelajari budaya jawa. Mungkin dia dari jurusan sejarah di universitas luar neheri sana dan mau mengadakan penelitian tentang jawa, jadi MAU NGGAK MAU harus kuliah bahasa jawa.
Lha trus, dosen yang ngajar bahasa daerah siapa?
DOSEN YANG NGAJAR BAHASA DAERAH ADALAH BULE-BULE LUAR NEHERI, SAMA KAYAK MURIDNYA!
#jleb
___________
Bahasa jawa yang asli sudah terkubur di dalam tanah
karena nggak ada penerus..
*Kamu boleh memakai ilustrasi ini, asal watermark jangan dihapus ya*
Wow, ndop. Tulisanmu ini sebenarnya keren ndop. Kamu ngritik orang-orang yang gengsi makek bahasa jawa. Tapi ada yg aneh ndop! Hmm…
Apa? Aneh kenapa?
Kenapa kok kamu nulis artikel ini pakek bahasa Indonesia? Kenapa nggak bahasa jawa?
GENGSI DONG! Bahasa Jawa khan bahasa kampungan!
UPDATE 8 Januari 2014
Beberapa bulan setelah aku nulis ini, 16 Desember 2014, eh, di Australia sana, di kampus Australian National University (ANU <-- singkatannya kok lucu ya! Hahaha), ada proyek drama berjudul "Sri Ngilang" yang diperankan oleh bule-bule yg belajar bahasa jawa. Jadi drama ini nyel pakai bahasa jowo loh! Keren banget khan!
Jadi, mau beralasan kalau bahasa jawa itu kuno dan kampungan? Kamu gak malu sama bule-bule astralia yg belajar bahasa jawa?
Aku lagi mikir yang bagian ini “Zhafirraa Azzahra Elisabeth Almira Monique Al Jaazirha”
Kalau nulis di KTP kayak apa yah ? apa muat ?
jangan jangan ukuran kertas KTPnya bisa lebih lebar :D
xixixix
HUAHAHAHAHA… Nama anak jaman sekarang khan gitu.. yg penting keren! Di KTP paling ya disingkat Zhafirraa AEAMAJ
Saya masih suka mengunakan bahasa jawa. Justru saya malah mencari lawan bicara yang juga bisa menggunakan bahasa jawa.
Misal sedang ada di Makassar, ketika ada orang yang bahasa Indonesianya medok jawa, langsung saya tanya asal darimana, walhasil ngobrol pake bahasa jawa.
Kalau menurut saya bahasa daerah itu sangat penting untuk komunikasi dalam keluarga dan lingkungan. Bukan hanya ngerti apa yang diucapkan, tapi juga tentang tata krama.
Saya baru tahunya bahasa jawa dan sunda, semuanya ada tingkatan ngobrol dengan orang sebaya atau yang lebih tua.
Otomatis secara tidak langsung itu juga mengajarkan berbicara yang sopan kepada orang lain.
Kalau pakai bahasa Indonesia, saya malah merasa kurang greget. ah, kok komennya panjang sih, udahan ah…
Salam aselole…
Iyo kaaang.. asline aku ki mangkel sih, cuman tak tulis dalam bahasa sebaliknya. seolah2 aku mendukung. Padahal ini sindiran ya.. Ketauan ding kalau ini nyindir. Haha..
Pas ndik bali biyen konco jowo tak ajak ngomong jowo. Sampe konco Bali mangkel soale mereka gak paham aku ngomong opo karo koncoku mbanyuwangi hahaha.
Hahaha…
Iyo, selama aku ngalor, ngulon, lan ngetan isine panggah enek wong jowo…
Malah nang Makassar enek kampung jowo, ngomonge nganggo boso jowo,tapi penduduke malah durung tau nang jowo…
Sebegitu hebatnya loh boso jowo
*melu campuran*
Ning mbali yo enek kampung jowo. Malah sebelah kosku biyen wong nganjuk! Tapi juwarang mulih nganjuk.
Memang perlu diajari bahasa ibu (jawa) dengan baik dan benar sejak dini mas. >> komentar berbahasa Indonesia
Betul.. Yo tapi piye maneh, nek wis kadung gengsi ya susah..
wah bener ini, anggapan bahwa boso jowo itu bahasa yang kampungan sudah banyak tertanam di dalam kepala anak muda sekarang, padahal saya yang kerja dan tinggal di jekarte saja kalo ketemu sama orang jawa jan bungah pol, iso puas ngomong boso jowo. eh lha kok campur campur ini bahasa komen saya.
Huahahaha.. Ketemu wong podo jowone kuwi pancen nyenengne ati, padahal nek pas ndik jowo, cuek, tapi nek sama2 ketemu ning tempat asing, berasa ketemu keluarga hahaha.. Duh komenku yo campur2 bahasane..
Apek tenan mas. Sip. ncen do isin nek nganggo basa jawa. Po meneh neng Jakarta. Podo-podo seko jawa we iso-isone nganggo bahasa Indonesia.
jian
Huahahah.. eh aku ra sneeng diceluk om lo ya, selain om rapopo.
Iyooo. podo gengsi nggawe boso jowo.. Emang boso jowo kuwi kampungan yaa
Kadang aku ndak terima kalo di sinetron atau film itu kalo pembantu itu selalu Jawa atau Sunda. Disinilah awalnya ada pemahaman kalo orang Jawa khususnya beserta bahasanya itu ndeso. Akhirnya yang “sukses” di kota besar pun enggan pakai bahasa Jawa karena stigma itu.
Anyway, temenku kuliah S2 Bahasa Jawa mesti ke Belanda lho, bagaimana nanti anakku nanti coba?
*tak tulis gawe bahasa Indonesia ben sing ra njowo iso moco, mas :D
Biyuh. Berati ndik Belanda enek kuliah jurusan bahasa jawa? Biyuuh, tak kiro tulisnaku iki fiksi, ternyata enek tenanan yaa :(
wooo, iyo sih, takutnya di masa yang akan datang orang-orang gak ada lagi yang pakai bahasa kedaerahan. alhasil, nusantara yang ceritanya terkenal akan keragaman hanya menjadi mitos saja.
*tasih bingung kaliyan istilah basa arek-arek jatiman, misal: ndik, kakno, dinep, awakmu. neng jogja ra pernah nganggo kui persoalane
Ndik = ning.
Kakno = uripno
dinep = ditutup
awakmu = kowe
Ngomong2 ini emoticon nya keren yah hehe, salam kenal ajh buat admin
hehe makasih dan salam kenal juga yaaaaaaa.. *salam kenal kok gak memperkenalkan diri to mas/mbak?*
Tapi soal anak yan sehari harinya diajarkan sejak awal mula berbahasa Indonesia sudah banyak sekarang di kampungku sono, kalau begini terus memang bahasa Jawa bakalan lenyap Dong :(
Aku pernah kirim kartu pos, ke teman blogger, tak tulis dalam bahasa Jawa, terus saat dia sudah menerima, dia cerita bahwa saudaranya berkata, kartu posnya emang dari jerman, tapi nulisnya pakai bahasa kampungan, piye jal?
Di sini rata-rata sudah pakek bahasa Indonesia kalau ngajari ngomong anaknya. Bahasa pak mbok e padahal jik jowo ngoko biasa. Iya mbak, lama2 lenyap. Soale pak mboke khan suwe2 mati juga. Duh :(
Beuh, kartu pose nek dipigora apik gak ya? Aku lagi kepikiran saiki, kartu pos dipajang, dibingkai digawe hiasan dinding koyoke apik banget..
Apik tenan tho, iku ana blogger sing cerita dipigura kartu pos sing tak kirim, dipajang, mengko sedelok maneh nek nrima kartu pos sing tak kirim minggu kepungkur yo bakalan dipigura meneh :D
Huhahaha.. kapan dibukak maneh mbak, sebar2 kartu pose? Huahahaa..
Insya Allah sedelok maneh, maeh melu tah? :D
Dengan semangat! Huahahaha..
Wah …. keren lho nek kowe melu :D
Bener Kang, aku yo sering nemoni sing koyok ngono perjalan numpak sepur nyang jakarta utowo nyang mbandung. Rata-rata pas budal, mulai soko jawa timur sampek jawa tengah aksen obrolan sik ketok jelas njowone, ning lek wis mlebu cirebon ngulon, aksene wis ganti dadi jakartaan. Lek kidul, pas daerah tasik ngulon aksene ganti sundaan. Lak sak walike, makin ke arah jawa timur malih dadi njowo maneh.
Brarti howone daerah iso ngrubah suoro gorokan.
contone aku dewe, lek ndik mblitar omongan mesti akeh tambahan “ye”, tapi lek wis mulih nyang lumajang, aksen lan omongan wis ganti boso wong nggunung.
Beuuh, ternyata kejadianne podo persis karo sing tak alami. Huahahaha… AKu nek dolan semarang, khan wong kono gak ngerti istilah ote-ote (telanjang dada), ngertine ngligo. Pas arepe ote2 aku omong ngligo, melu2 kono ben gak dibully hahahah
ote-ote kie lak dipangan karo lombok ijo wuenak tenan. Ning lek ndik Lumajang karo Malang, ote-ote = weci
dadi,
Ote-ote = udo = weci
Kalau Muhammad Dzofar itu asalnya darimana Bro? Kayaknya keren juga namanya yach, lebih modern mendengarnya. Hehehehhe…
Ada yg bilang namaku kayak namanya orang Irak. Huahaha
Hehehe, kereta makin mendekati Surabaya, bahasa juga makin berubah ya. Nek aku juga harusnya dikritik ini, di Jakarta yang heterogen, tapi aku banyakan ngomong Jowo daripada Bahasa Indonesia.
Sampai-sampai gara-gara bahasa ini, kayaknya Diana juga kena dampak. Terlambat bicaranya itu mungkin karena bilingual. Mumet opo yo anakku?
yo mangkane jenengki sing anti mainstream wae, Sriyonooooo :D
Zhafirraa Azzahra Elisabeth Almira Monique Al Jaazirha?
Kui jenenge dowi banget koyok kancaku dolan kae lho, jenenge Tamara Natalia Christina Mayawati Bleszy?ski…
Neng ktp ne mesti yo rak amot :D
Huahahha… lha iyo, wong saiki sing penting nggaya kok. Po gelem njenengne anake Semar? Padahal semar kuwi lak apik to fisolosine? Semarang? hahaha…
kalo saya sendiri setiap hari make 4 bahasa mas.
kalo ketemu temen kampus/rantau ngomong jawa,
kalo telfon keluarga di rumah ngomong madura,
kalo ketemu temen kantor ngomong betawi jakarte,
kalo ketemu atasan ngomong bhs indonesia.
mau jawa hayuk mau madura hayuk
mau betawi hayuk meskipun cuma bisa lo gue lo gue doang wkwkwkwk
Huahahhaa… dirimu jagoan berati. Aku keturunan jowo tok soale, walhasil ra mudeng sundo, meduro, hahah… Yo asyik kui, berati dirimu gak gengsi haha..
ini tentu saja makjleb sekali, khususnya tentang dosen basa jawa yg ternyata orang asing dan juga muridnya yg orang asing..
hal seperti itu tidak hanya terjadi di dlm budaya berbahasa saja, dlm hal selera makan juga gitu,
nantinya yg akan membuat jemblem, ote ote, kokam dan makanan tradisional lainnya adalah orang asing, bukan warga lokal, dan setelah sedikit dimodifikasi nantinya orang lokal bakalan sok begaya dgn makanan tradisional tadi..
yo wis nek ngono ntar tak tunggu di enggok enggokan ya, sebelahe protelon konoo..
Huahahaha… hati-hati ya, di enggok-enggokan sana ada batu, nanti kamu tiba..
Bener banget. Nanti para sinden juga wajahnya bule semua, dalang juga bule, cewek2 indonesia asli yg kulitnya harusnya sawo matang, juga akan berkulit putih semua, soale pada pakai pemutih..
waiki mas ndop, postinganmu luar binasa..
nyrempet futuristik membahas masa depan bahasa jawa… ngangkat tenan
Huahahaha… spontan nih nulisnya.. tiba kepikiran ide yg bule2 itu..
hahaha,, ngakak baca cerita yang di kereta,,
nanti ditiru ah,, dari jakarta sampai solo, itu kan melewati banyak daerah, setiap stasiun ganti bahasa sesuai daerah,,
bakal seru perjalanan,,
ceritanya menginspirasi mas ndop..
Huahaha.. ntar di punggungnya ada puterannya, kalau pas lewat daerah tertentu, settingannya diputer. Hahaha
Sakjane ki mergo uisin karo “cengkoke” sing khas kuwi mas nDop, ngetoki lek wong Tulungagung, trus wong2 dha ngguyu wi. Iyoye?
Palingo ngono.. Tapi sak jane nek gak isin kan justru menghibur to.. Soale wong2 malih ngguyu.. bahagia :D
Mumpung lagi mbahas bahasa jawa, kemarin abis ikut upacara HUT Kota Jogja. Semua aba2 pakai bahasa jawa, keren lagi. Ga kampungan kok… “Siogo Yitno…Giyoooo….” Siaaaap Graaaak…
Wuih, keren pol ya.. Aku nek ndik kono paling wis merinding terharu..
Mungkin hampir semua daerah mengalami kondisi spt itu ya kang..Aku kalo mudik, sering bawa anak lanang, penginnya ya biar anak lanang kenal dengan daerah asalnya..tapi memang susah banget kang, apalagi dengan lingkungan yang sudah campur baur… Sekarang aja anakku logat bicaranya aneh, campuran jawa ngapak, sunda, arab, inggris… Tuh khan aku komen pake bahasa Indonesia…hahaha #gudpos
Huahahaha… Jamane wis bedo kang. Saiki usume compar campur koyok es campur. Yo biyen sih aku sempet mangkel, tapi semakin ke sini, aku cuma iso pasrah, lha piye maneh, ngeliling bocah cilik saiki enake nggawe boso indonesia. Nek boso jowo dee bingung hahaha..
Aq ra mudeng. Opo goro2 moco ning hape dadine ra mudeng. Lha mau kan nyritakne sampean numpak sepur trs ngrungokne wong pacaran sing nggae boso jowo maleh nggae boso indonesia. Lah kok ujug2 nyritakne sopo jenennge mau zhafirra??
Karepe sampean iku nyindir to? Ben podo kroso? Ngono? Mangkane mbok jelasne eneh ning ngisor-lha nyapo tulisan sampean iki nggae bhs.indo, kan gengsi!!
Sante mbak yu…
Sugeng enjang kangmas ndop…
Sugeng siang maaas…
biasanya kalau sesama perantau ketemu di perantauan ngomongnya pake boso daeah biar lebih akrab..
he eh. Untuk generasi kita kang. Nek generasi nanti, kayaknya bahasa indonesia saja. Satu bahasa.
aku sendiri kalo nulis blog, pake bahasa compar-campur, hihihi. bahasa indonesia, boso suroboyoan, english, bahasa 9auL. tp klo sehari-hari sama suami yo boso indonesia dengan mayoritas vocabulary dan logat suroboyoan ae rek. rugi sudah punya suami sesama arek suroboyo nek bosone gak dilestarikan ;)
sampek disini pun (di sydney) klo ngobrol sama suami juga ya gitu itu bahasanya. pernah ditegur sama orang di basement apartemen (kita jalan melewati dia sambil asik ngobrol, ngga merhatiin apakah dia bule atau asian): “Lho asalnya dari mana kok pake bahasa Jawa?”
lhaaa tibake wong Yujo dekne, hihihi.
Huahahaha… trus nek bar ketemu wong podo jowone ngono, biasane langsng ayem tentrem ya atine.. Trus mendadak akrab soale merasa serumpun senasib sepenanggungan bahkan sak spesies #eh
Duh mas aku jadi merasa bersalah deh, soalnya aku juga orang jawa..
Tapi karena ortu sering pindah pindah kota jadinya aku sekarang kurang bisa bahasa jawa
Ya nggak papa. Khan itu bukan salahmu.. Jaman udah berjalan kok.. Biarlah bahasa jawa menjadi bahasa kenangan.. huhahahaa…
aku we nek ndek kampus seringe nggae boso jowo karo konco. Ra isin si. meski enek seng ngomong katrok ra opo,,,,
Hahaha.. sip nek ngono.. mugo2 suk anak anakmu mbok jak omong jowo yo an.. mugo2..
haha cen tragis kok nasib boso jowo ki
sak jane boso jowo ki wes international
buktine google translate ono boso jowo
Betul kang.. bahasa pemrograman barang loh.. java.. hahaha
lah aku malah baru sadar kalo bahasa jawa itu bahasa udik nan kampungan ..kalo bahasa daerah sudah dihapus dari mata pelajaran sd hingga sma karena dianggap udik dan kampungan, berarti bahasa makassar juga bahasa udik nan kampungan…, ah entah mengapa negeri ini..pantesan saja kita tidak pernah maju membangun negeri ini, karena kita sudah melupakan akan asal usul bangsa kita..menghapus bahasa daerah dari sd hingga sma..itu sama saja menghilangkan embrio budaya bangsa, artinya kita sudah tidak mengakui diri kita sebagai bangsa indonesia dengan aneka bahasa.tetapi dipersatukan oleh bahasa indonesia.., lama kelamanaan..bahasa daerah bakalan benar-benar terkubur dech…eh ..omong2 siapa sich yang punya ide..menghapus bahasa daerah dari pelajaran sd hingga sma…,..,
kalo begini mendingan kita pake bahasa inggris saja ya..
keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)
Huhahaha.. sekalian ya mas, pakai bahasa Inggris yg bahasa internasional. Aku kalau awalnya pakai bahasa jawa karena sama temen sendiri, trus dibalas sama dia pakai bahasa indonesia karena ia gengsi, aku akan membalas pakai bahasa inggris. Aku juga bisa gengsi2an kayak mereka. Huahaha.. dan bahasa inggris itu masih jadi bahasa paling gengsi di indonesia hahahaha…
Bahasa Daerah kalau di sekolah ponakanku masih ada kok, cuman aku gak ngerti prakteknya, apakah ada percakapannya. Soalnya anak anak SD/SMP di lingkunganku sini pada gak bisa bahasa kromo inggil (yg seharusnya diajarkan di sekolah).
Basa jawa wajib dilesatarikan mas, kalau nggak ada yang mempelajari jangan2 2 generasi ditanya “ajeng teng pundi?” nggak ada yang tahu.
Iyooo… Asline khan aku ki curhat, cuman tak tulis dalam bahasa yg seolah2 mendukung terhapusnya bahasa daerah hahaha.. Yo mugo2 banyak yg tersindir dari tulisanku ini..
Waaaah aku malah pengen bisa ngomong bahasa Jawa, biar nyambung kalo temenku pada ngobrol. :|
Wah, tak dukung seribu persen deh kak! Kalau Jakarta gitu bahasa daerahnya betawi ya? Coba sekali2 posting pakek bahasa daerah masing-masing gitu keknya asyik. Bikin gerakan blogger berbahasa daerah. Hahaha…
kalau pake bahasa ngoko masih bisa tapi agak kikuk kalau udah pake bahasa jawa halus. soalnya gak biasa
Ya sama. Setidaknya kita lestarikan bahasa ngoko itu. Ya nggak papa agak kasar, yang penting lestari dulu ya. Haha.
yups setuju banget
ya betul lestarikan kasarnya
saya rasa bahasa jawa masih jadi bahasa ibu
Semogaaaa.. duh, kalau hal ini disadari sama ibu2 yg sedang punya anak kecil, maka bahasa daerah masih bisa lestari..
sayangnya gak semua ibu menyadari itu. Bahasa Indonesia itu dibuat sebagai bahasa pemersatu dan digunakan ketika kita berkomunikasi dengan orang yang berbeda suku. jadi jangan sampai malah menggerus bahasa daerah
Yes! Aku pernah membahas hal itu di postingan ini kurnag lebih 6 tahun yang lalu loh..
Ahahahahaha ah klo aku sih bangga-bangga saja cak pake boso jowo, kadang bisa dipake buat buli orang neh, misal kita lagi kumpul sm orang palembang satu jawanya 3, sengaja bikin dia roaming dengan ngobrol jowo nyel ^^
Dee ngko ngomong karo setan nggawe boso palembang hahaha…
satiiir hahaha. basa sunda kayaknya lebih parah deh mas. temen-temen saya di sini banyak juga orang jawa, tapi mereka masih pede pake bahasa jawa sama sesama jawa, bahkan mereka kadang keceplosan juga ngomong jawa sama teman yang bukan orang jawa hehe. sebaliknya sama orang sunda asli. kayaknya gengsi banget deh kalo saya ajak bicara basa sunda. apa lagi kalo lagi di tempat ramai semacam kafe yang orangnya keren-keren.
Hmm.. ternyata di mana-mana sama ya. Bahasa daerah dianggap kampungan dan gak keren. Haha.. Kalau anak kecil yg ortunya asli Sunda diajarkan bahasa sunda juga gak ya? Penasaran aku..
bahasa jawa itu bahasa daerah paling favorit di indonesia
Semoga akan selalu lestari yaaaa
Kita harus pintar diri menempatkan kita di mana berada. kalau kita kumpul sama orang berpendidikan ya ngobrol pakai bahasa Nasional. Kalau kita kumpul sama orang Ndeso ya ngobrol pakai bahasa jawa. Bukan nya deskriminasi atau sebagainya. Tapi demi terciptanya komunikasi yang sehat.
Iya beneeer… Kalau menurutku ketemu orang jawa (senajan berpendidikan atau enggak) pakai bahasa jowo.
Ainun Rofiq #
Hellow, Loe kalow ngomong tolong Cangkeme dijaga donk, maksud anda apa dengan statement anda tentang “kalau kita kumpul sama orang berpendidikan ya ngobrol pakai bahasa Nasional. Kalau kita kumpul sama orang Ndeso ya ngobrol pakai bahasa jawa.”??? Anda menghina bahasa Jawa itu sama saja dengan menghina dan melecehkan lebih dari 100 juta orang Jawa di seluruh muka bumi ini… Berarti maksud anda Sri Sultan Hamengubuwono, Ki Hajar Dewantoro, Soedirman, Deasy Bouman, dan SEMUA orang Jawa yang berpendidikan itu langsung jadi ndeso kalo ngomong Jawa,, gitu???
Mulut dijaga ya mas, tolong, anda bilang tidak “deskriminasi atau sebagainya” namun dari perkataan anda saja itu sudah menunjukkan bahwa anda itu “munafiiqun”..
Terima Kasih
mantap
great!!!!
Aduh tulisannya panjang, cuma baca sebagian
Saya orang sunda tapi suka bahasa jawa :v malahan pingin jadi orang jawa
Wuih, salut sama mas. Etapi bahasa sunda masih lestari gak di sana? Anak2 kecil balita gitu diajari bahasa sunda gak sih?
Ealah mas ndooopp…kenapa baru sekarang aq moco sing ini *campur2 ah ngomonge ben keren xixixixi…. Koq ada yg komen emosi to kuwi, perasaanku tulisanmu iki keren beud jeh :D
Aku ya punya postingan di blog yg full pake boso jowo mas, mampir2 yooohh… T
au nggak kenapa aq masih suka pake boso jowo. Becoz…sometimes the funniest thing can’t be translated in other language, tapi nek disampaikan melalui boso jowo iso luwih pas… Piye piyeee…setuju to… aku wes keren to iso boso campur2 ngihihiiiiiingiiiikkk…
Hiahahahaha.. Nemu tulisanku iki soko endi ya? Iki tulisan lumayan suwe soale. Biyen heboh banget hahaha.. Iyo kui emosi banget asline arepe tak delet tapi ternyata dia nesu sama komentator, bukan sama aku, walhasil gak tak delet. Ben mereka gelut dewe hahahah..
Eh bener kui. Nek nganggo bowo jowo utowo bahasa daerah opo wae, enek istilah sing gak iso (angel kudu mbuka kamus bahasa indonesia disik) dibahasa indonesiakne, misale nggeblak, ndlosor, kunduran trek, ndahneo, mbok ya, hahahahha
saestu…leres sanget niku mas…bukan hanya karena istilah yg tidak bisa di-Indonesia-kan, tetapi diksi dan pemakaian vocab tertentu pengaruh banget je… halaaah ngomong opooo ikii… pokokmen bangga banget dadi wong jowo. nek ngrumpi karo brayate nek pas ning londen ngono lak dadi keren banget nganggo jowo medhok.
Huahahha.. Iyooo.. Iso luwih akrab banget soale podo jowone. Malah nek nganggo boso indonesia keroso nggaya kurang merakyat haha.. Btw bahasa jowo iso kok gak medok, asal ilate pinter ngontrol suoro hahahah..
Gw pernah jalan2 ke magelang semua warga termasuk anak muda ternyata mungkin cuma 10% yg pake bahasa indonesia, ada yg ngomong ke gw tapi gw kaga ngarti bener2 dah klo ada yg ngobrol pake bahasa jawa gw cuma angguk2 kepala aja seolah ngerti padahal kaga tau yg di omongin apaan, gw sendiri lahir di banten di sini mungkin cuma 30% yg pake bahasa jawa yg lain pake bahasa sunda dan betawi terutama di tangerang yg kebanyakan dari suku betawi
Keren yaaa.. Kalau anak muda sih emang masih pada makek bahasa daerah ya. Kalau yg masih kecil seusia playgrup atau TK rata2 sih setauku sedikit sekali yg memakai bahasa daerah. Mungkin aku harus survey lagi ya, siapa tau masih banyak anak balita yg ngomong pakai bahasa indonesia.
Akhire aku nemu trit sing tak goleki sauntara iki..
Melu prihatin kang karo wong Jawa sing isin sesrawungan nganggo basa Jawa… aku tak usahakke tetep nganggo basa Jawa ning Jakarta kene senadyan lagi ning mall…malah bangga aku iso omong basa Jawa ning panggon sing minor basa jawa, kaya ning mall….
Salut aku kang. Aku malah nek koncoku sing bahasane jowo trus dee ngejak chatting nganggo boso indonesia aku emoh nyauri. Hahaha ben dee sadar nek boso jowo kui kudu dilestarekne.
Aku bangga malihan kang leko ngomong boso jowoan
Aku iyo kang. Soalnya gini, kalau kita sudah mencanangkan kemerdekaan, maka kita harus melindungi bahasa kita. Termasuk bahasa daerah. Sangar ya haha
sejak dari kecil saya sudah diajari basa jawa gimana ngendika sama orang tua, gimana ngomong sama teman sebaya, karena saya tahu leluhur saya, PRINSIP: sikapmu adalah cermin leluhurmu CMIIW
Setuju mas. Saya saja yg kurang fasih kromo inggil ini nyesel loh.
ngko neh yo
gengsi….. gk mati ae RAIMU.
trus nek ws iso ngomong bhs indonesia s’ki oleh e opo …. trus nek ws iso ngomong bhs indonesia opo urep mu mulyo hahahahahahaaaaaaa…… raimu mbokne anccoooook…. wong setelen/kakean polah eo kyok asu kwe ki…
.
.
.
.
.
.
.
Kalian yang dari Jawa harusnya masih bersyukur karena orang orang pribumi nya masih banyak yg pake bahasa jawa dan juga daerah daerah di Jawa sebagian besarnya merupakan asli wong Jowo bukan dari perantau suku/etnis lain , coba bandingin sama bahasa Sunda Bekasi,depok,bogor (perbatasan Jakarta) bahasa Sunda di sana sudah hampir punah karena pengaruh kehidupan/aktivitas dari Jakarta dan juga semakin banyaknya para perantauan luar pulau/daerah (bukan Sunda ) datang bahkan membangun keluarga / kehidupan baru di kota itu, jadi karena pengaruh itu mau tak mau orang Sunda di sana dalam beraktivitas harus memakai bahasa Indonesia karena menyesuaikan diri dengan banyaknya perantau dan pada akhirnya karena kebiasaan , bahasa sunda jadi dilupakan. Dan bagi wong Jowo Untung kalian daerahnya tidak dekat dengan kota metropolitan/Ibukota jadi budaya daerah nya masih kuat , Coba kalau daerah kalian berada dibperbatasan jakarta mungkin jufa akan bernasib sama dengan kota Bekasi,depok,bogor bahkan sekarang sudah merambah ke Karawang dan Purwakarta karena di sana juga banyak perantauan luar daerah
Miris sekali ya. Di daerahku sini semua orang masih pakai bahasa jawa kok. Keculai yg hidupnya diliputi gengsi. Dan aku benci sama orang2 yg gengsi makai bahasa jawa karena terkesan katrok. Aku di cafe mewah pun ngomong pakai bahasa jawa medok dan aku cuek aja bodo amat. Ini bahasaku. Jadi aku bangga pakai bahasa jawa. Aku hanya akan pakai bahasa indonesia kalau ngomong sama orang yg bukan jawa. Jadi semata2 untuk komunikasi aja.
josss sindirane.. podo cak, ak teko mbrojol sampe kuliah nang suroboyo, saiki urip kerjo nang jkt wis 8th, ga iso ngomong gue-elu (mboh angel men, ilat koyok mlungker ape ngomong g..uu..ee eelluuuhh.. balik maneh aku-kamu jare koyok wong pacaran.. ahhahaa), tau disindir karo wong depok/bogor.. tp pangkat nang kerjoan aku luwih duwur.. gelem ga gelem mereka melok jawab aku-kamu.. bwhahahha.. kapokmu kapan..
Security kantor wong wetan tau sempet nyindir.. “ini jakarta bang, masa bahasa kampung masih dipakai aja..”, saiki saben ketemu ak boso jowo kromoan.. pdhl ak ga iso boso jowo kromoan.. hehehe.
aku paling sedih lek onok wong jowo, wis fasih ngomong Jakarta/Betawi, onok konco kantorku pdhl musuhe ngomong wong Jatim vs Jateng, ngobrol boso betawi/jkt gaul.. logat jowone ga di enggo.. sedih cak.. tp lek ngobrol karo ak ta jak boso jowo suroboyoan.. sampe sing konco Jateng saiki ilang logat ngapak’e lek ngomong karo ak.. ahahhaha.
justru sing wong asli jkt, luwih cepet ngimbangi ak..
masio nang jkt lapo kudu gengsi logat jowo medok, pokok iso ngomong boso Indonesia beres kate ngomong karo sopo ae, ga kudu ngomong boso jkt/betawi..
sedih ak cak karo generasi2 jowo enom saiki..
pindah kantor ping loro, kantor pertama ak diceluk “bejo”, kantor kedua “jawir”.. ga uruuusss.. pokok jadi diri sendiri.. hehehe.
walau hidup di perantauan pacaran sma cewe yg jawa juga, biasa aja tuh ngomng jawa. gak malu juga… gak cmn di tempat umum di kampus jga biasa ngomng jawa klo ketemu sesama, itu tandanya kita duluran. ngapain ktmu sma² sukunya pke basa lain… kesannya krang akrab, n trlalu memaksakan…
Baguuus! Pertahankan!