Tahun Baruan 2009: Makan-makan, Mercon, Pantai Sine

Tahun baru kemarin, mm.. tanggal berapa ya? sbentar-sbentar, aku liat tanggalan dulu.. mm… tahun baru… mm.. yak, ini, tanggal satu Januari 2009! iiih… tanggalan ini pinter banget deh, gemes aku!!

Aku dan keluargaku di Tulungagung pergi ke Pantai Sine. Ini adalah kali pertama aku ke Tulungagung buat taun baruan.

Taun baru 2008 kemarin, aku klesotan di kasur kamar sambil nulis-nulis. Lalu besoknya menyesal karena ndak menikmati malam taun baruan…

Tahun baru ini, 2009, aku sungguh-sungguh beruntung. Sore itu, 31 Desember 2008, aku mengira tidak akan ke mana-mana malam nanti. Tapi tiba-tiba telefoun rumah berbunyi ‘mak tututut’. Pakek ‘mak’ segala ya ndop? hayyah, itu khan cuma formalitas. hehehe…

“Ndop, we sido to nang Tulungagung?” Kata Wawan di seberang sana.
“Yo nek enek sing ngejak, sido, Wan.”
“Lha, bareng aku po piye?”
“Waa… yowis, tak adus disik,”

Langsung meluncur mengambil handuk bau kecut, sabun botolan, biyore Mens Skrap Dip Klin, Sikat gigi Formula yang ujungnya sudah njerawut-njerawut mekar tak beraturan dari kamar dan berlari menuju jeding. Sudah sampai jeding (kamar mandi, red.), lari-lari lagi sampai ngepot-ngepot menuju kamar karena lupa ndak bawa sandal. Beberapa menit kemudian, saya pun keluar dari jeding hanya dengan sehelai benang jahit, eh, selembar handuk maksudnya.

*ndoop, kelamaan ceritanya, disingkat aja, paling-paling banyak yang fastreading*

MAKAN-MAKAN

Woke, sampai di Tulungagung, acaranya makan-makan. Ada Krupuk sambel, buah-buahan: salak dan duku, rujak buah dan Pecel lele. Wuih ruame pol, semua keluarga ngumpul di teras depan Rumah Bude Alfiah di Sumberdadi Sumbergempol. Ada yang ngobrol-ngobrol, ada yang megang hendikem (saya), ada yang main krempyang (pakek biji salak), ada yang makan tentunya…

rumah-bude-alfiah-sumberdadi-sumbergempol

LIHAT PETASAN

Malamnya, sebelum jam dua belas malam, dari kecamatan Sumbergempol, kami menuju ke kota Tulungagung. Mau melihat kembang api di Alun-alun.

petasan, mercon TulungagungSampai sana, suasana sudah dipenuhi terompet-terompet ficering (featuring, red.) knalpot. Lamat-lamat terdengar suara DAR DOR DAR DOR petasan alias mercon di beberapa tempat. Bintang-bintang yang sedang malu menampakkan diri karena suasana mendung pun tergantikan dengan bintang-bintang yang lain, bintang yang bersuara, alias mercon, alias petasan. Semakin semaraklah tahun baru 2009 di Tulungagung. Aku sempat merekam ‘adegan panas’ alias adegan penyumetan mercon itu pakek hendikem. Ya itu tuh, yang di atas ituh.. wekekek…

KE PANTAI SINE

Besoknya, setelah membalas dendam tidur, alias semua pada bangun mbangkong, pukul 10 lebih sekian menit lah, kami serombongan, yang terdiri dari:

  1. Muhammad Ali Mudzofar,
  2. Himawan,
  3. Kembar dampit: Wildaniati Agustin dan Agus Tri Wildan,
  4. Ratna Rahmawati,
  5. Abdul Aziz Kurniawan,
  6. Nurul Fauziyah,
  7. Farhan Fawwaz Saputra,
  8. Muhammad Rosyiduddin,
  9. Nur Kanah,
  10. Mas Gendut dan temannya.

meluncur ke Pantai Sine.

Perjalanan sangat mengasyikkan dan mengenaskan! hohoho… pertama sih jalannya mulus-mulus aja. Sempat kebablasan jauuuh banget, jadi musti mbalik lagi. Soalnya ternyata letak Pantai Sine itu di kecamatan Kalidawir Tulungagung.

Memasuki kawasan wisata Pantai Sine, jalannya jiyan sangat amat supe dupe nguzubille min zaliik pol-polan!!! Jalan nggrotal-nggrotal, naik turun tanpa ampun. Njungkel-njungkel, mencolot-colot, kasihan si Wawan yang selalu tak dorong-dorong ke depan. Lawong jalannya emang lagi turun-seturun-turunnya kok. Untungnya jok motornya masih perawan, alias keset, jadinya kita-kita nggak pada njungkel ke depan karena kepleset jok.

Sampai juga kami-kami ke pantai Sine. Sebelumnya, kami menunggu mobil gedhenya masku datang dan masuk bareng-bareng. Waah, ternyata lamaa banget. Aku khawatir terjadi sesuatu. Mengingat jalannya yang sangat sempit dan tanpa ampun parahnya itu lebarnya sangat ngepres dengan ukuran mobil gedhenya masku.

Tapi ternyata erithing is oukei, kami dicegat sama tukang loket. Disuruh bayar Rp. 4000,-. Tapi aku nggak bayar, lawong nggak ditarik alias lolos ditarik. wekekeke… bakat alami nyelundupku ternyata masih berfungsi sempurna!!

Sampai pantai, ternyata ada dangdut koplo. Nyanyi lagunya Alun-alun Nganjuk Vita KDI 5. Waah, nggak selera, soalnya emang lagi pingin ke pantai, bukan liat dangdutan.

Pantai Sine

Pantai Sine masih alami walau terlihat kotor. Tidak sebersih Pantai Sidem. Ombaknya juga lebih besar dari pantai Sidem. Walhasil banyak yang renang-renang di laut. Maklum di Sine ndak dilarang berenang-renang, tidak demikian halnya dengan Sidem yang ombaknya walau nampak pelan tapi menghanyutkan!

Pantai Sine yang alami

Lumayan rame sih kemarin itu, soalnya pas tahun baru. Ya maklum lah. Hawanya lumayan panas. Makanya aku nggak nyemplung dan sibuk ber-hendikem-hendikem ria. Foto-foto di atas itu sudah saya kepce (capture, red.) pakek software Power Dividi. Sebagian sudah saya edit pakek imij redi, biyar bisa gerak-gerak.

Makan krupuk bersama di pantai Sine

Mumpung rombongan, enaknya emang makan-makan. Nah, makanan sisa malam tadi kami bawa. Dialah krupuk sambel!. Kriuk-kriuk, klotak-klotak, auw! krupuknya keras! belum matang… walhasil diemut lamaa biyar meleleh… hohoho…

ndoop, aku kangen photomu!! photomu manaa???

Sabar sodara-sodaraku, hiyer wi kaam…(here we come, red.) lebih sepesial karena bisa bergerak-gerak!! hohoho…

muter-muter di Pantai Sine Lihat photo sebelah, bisa bergerak-gerak khaan, wekeekek… itu sudah saya edit pakek imij redi.

Saya waktu itu minggat sendiri jalan kaki ke pantai sebelah kiri. Pantainya lebih bersih dan lebih indah nan eksotis. Wekekek… ada sungai menuju laut yang rasanya payau. Airnya hangat. Mengalir sangat lembut. Saya sempat kayang juga loo.. hiye wi kam!!

kayang di pantai sine Yee.. semua blogger kayaknya emang harus kayang ya.. wekekek… Biyar bisa nerbitin novel! hohoho… saya juga punya novel!! baca gih!

hohoho… nggak dibaca juga ndak papa.. saya aja males mbacanya kok. Di kamarku, novel yang tercetak SATU kopi saja itu tergeletak berdebu tak bernyawa! (namanya aja novel, masa ada nyawanya!)

Pas balik ke rombongan, saya sempet menghitung langkahku. Maklum saya teringat si Indi Barend yang menyuruh jalan kali 10000 langkah sehari. Ternyata e ternyata perjalanan PP dari rombongan menuju pantai Sine sebelah kiri hanya menghabiskan langkah sebanyak 3700 langkah! Wadduh, masih kurang 6300 langkah lagi!! Omaigaaat!!

Akhirnya akupun berjalan lagi ke pantai sebelah kanan. Lagi-lagi aku hitung langkahku. Pantai sebelah kanan sensasinya beda dengan sebelah kiri. Lebih menyeramkan dan mistis. Maklum, bukit di sebelah kanan terkesan lebih rimbun dan menyeramkan. Usut punya usut, ternyata di bukit itu memang sering dijadikan tempat orang nyari pesugihan!! hohoho…

Nah, hasil penghitungan langkahku setelah ditotal ternyata hanya 5100 langkah saja!! Omaigaat! kurang banyak!!

Hari sudah sore, kami pulang dulu yaa… siyap menghadapi lagi jalan nggrotal-nggrotal, naik turun dengan tanpa ampunnya itu. Wow, ternyata e ternyata, perjalanan pulang jauh lebih menyeramkan! aneh, padahal seharusnya lebih siyap menghadapi apa yang terjadi soalnya sudah pernah mengalami, tapi ternyata tidak.

Si Wawan, sopirku, wekeke… seringkali mlorot dari jok motornya. Aku juga seringkali mlorot njungkel ke depan dengan dahsyatnya! Bukan hanya mlorot, tapi adegan nggeblak-menggeblak pun juga kami alami. Maklum jalannya emang menanjak dan turun secara ekstrim. Tak henti-hentinya mulutku berkomat-kamit mengucapkan mantra-mantra sapujagat. Apalagi pas jalan nggrotal-nggrotal itu melemparkanku ke atas ke bawah berkali-kali.. hohoho… apa kabar ya, si adrenalin? paling sekarang sudah jadi es jus kali!!!

Hohoho.. setelah perjuangan keras, ahirnya sampai juga ke rumah Bude Alfiah. Tak henti-hentinya kami bercerita seputar perjalanan yang menyeramkan tadi. Tak henti-hentinya semua pada kapok-kapok ndak mau mengulangi berkunjung ke Pantai Sine. Hahahah…

Semua teringat tiket 4000 tadi, dan berbagi cerita lagi. Ternyata banyak yang nggak bayar! hahahaha.. usut punya usut, tiket empat ribu tadi adalah tiket nonton dangdut koplo!!! Bukan tiket masuk ke pantai Sine!!! hahahaha… syukurin yang pada bayar! aslinya berati GRATIS masuk ke Pantai Sine.. wekekeke…

Semua pun tertawa riang. Wajah-wajah lelah itu kini kembali ceria…

45 Comments

Leave a Reply to BlaGaBloGerCancel reply