Keserakahan Manusia Merusak Lingkungan
|10 Oktober 2015
Temen MTsN, Ali Roziki tiba-tiba pingin ngasih tau tempat bermainku ketika MTs (setara SMP lah) dulu yang sekarang berubah menjadi mengerikan dan akan bikin aku shock.
Flashback ah..
Dulu waktu SMP, Roziki ke sekolah naik sepeda jengki. Padahal jarak dari rumah sampai sekolah itu 10 km! (Lebih deh kayaknya!). Dan Roziki dengan semangatnya berangkat naik sepeda dari jam 6 pagi (atau mungkin setengah enam) menuju sekolah. Sekolah masuk jam setengah tujuh pagi.
Kalau aku pikir-pikir, MTsN Nganjuk agak kebangetan ngasih jam masuk sekolahnya. Udah tau murid-muridnya rumahnya di pelosok desa pinggiran Nganjuk, eh ngasih jam masuk kok setengah tujuh pagi! Apa nggak kepagian? Sarapan mana sempet ya?
Mungkin itu untuk aku ya. Bersyukur rumahku cuma berjarak 2 km saja ke sekolah. Jadi sekolah masuk setengah tujuh, aku berangkat jam setengah tujuh kurang.. 5 menit! HAHAHAHA. Itu saja kadang aku gak sempet sarapan. HAHA.
Tapi nyatanya, banyak yg nggak terlambat kok. Mungkin mereka sudah mandi sejak subuh ya. Ibunya menyiapkan makanan juga sejak subuh. Jadi sarapan juga pagi-pagi baget dong ya.
Lagian MTsN juga gak salah ding ngasih jam masuk setengah tuju pagi. Khan namanya Madrasah tentu saja muridnya sholat subuh semua. Jadi sudah pasti bangunnya pagi-pagi semua.
Nah, kalau kebetulan sekolah pulang pagi (gurunya rapat), temen-temen biasanya khan mati gaya tuh. Jaman dulu belum ada HP bro! Jadi kalau mati gaya ya main ke rumah temen. Aku kebetulan akrab lah sama Roziki. Jadi lumayan sering main ke rumahnya.
Perjalanan 10 km naik sepeda tentu saja gak kerasa kalau bareng temen sambil ngobrol. Sambil ngelihat sawah yg hijau. Sampe rumahnya langsung diajak main ke perbukitan belakang rumah Roziki. Rimbun banyak pohonnya. Angin semilir bikin ngantuk. Kalau jaman dulu udah ngetren kamera hape, mungkin sudah cekrek-cekrek like this kali ya. HAHAHA. Biasanya kami duduk-duduk di bawah pohon rindang sambil ngobrol-ngalor ngidul sampe sore. Nikmaaat banget!
Sayangnya itu dulu. Semuanya sekarang berubah. DRASTIS!
Bukit yg dulu rimbun, sekarang dikeruk habis!
Aku pas di ajak ke sana moodku langsung berubah. Berubah benci dan marah. Marah sama orang-orang yg serakah itu. Apa nggak mikir ya, bukit rimbun nan hijau trus mereka rusak dengan membabi buta. Entah ini nanti akan dibikin apa. Yang jelas, hasilnya gak akan sepadan sama kerusakan yg mereka perbuat.
Bukit Tandus gara-gara keserakahan manusia
Gambar di atas itu lokasinya di Desa Bulu Tawing Kec. Berbek Kab. Nganjuk.
Kalau kata Roziki sih, gara-gara pengerukan ini, penduduk sekitar jadi terpecah belah. Ada yg pro dan kontra. Hubungan pertetanggaan jadi gak tentram. Ada yg setuju dengan pengerukan ini, ada yg enggak. Yang setuju sama yg nggak setuju berseteru. Saling cuek bebek.
Secara logika sih, seharusnya hal yg merusak begini pada nggak setuju dong. Mana ada manusia yg ketika alamnya dirusak trus mendukung?
Tapi… Kalau DUIT sudah menguasai, logika, hati, akan mati. Yang dilogika salah, bisa jadi benar. Yang bikin hati miris pun, kalau ada duit, jadi oke oke saja gak papa.
So, aku harus rela dan say goodbye sama tempat bermainku di masa kecilku dulu. Dan mengucapkan welcome to padang tandus dengan udara yang PANAS BERDEBU yang bikin sesak nafas dan kelilipan. Hmm.
Tidak cuma 1 tempat lo bro. ADA 3 TEMPAT yang bukitnya dikeruk habis membabi-buta.
Bukit Tandus lainnya di desa sebelahnya.
Dusun Pugruk, Desa Balongrejo, Kec Bagor, Nganjuk
Di foto di atas nggak begitu ketara seberapa besar kedalaman tanah yg dikeruk. Kalau kamu ke sana langsung, bisa lihat langsung. Dan rasakan sensasi panas berdebunya.
Jadi, posisiku berdiri itu ada di atas. Di bawahku ada “jurang” setinggi rumah, seluas bandara udara!
Ini lanjutan foto di atas.
Ngeruknya terlalu dalam sampai muncul sumber airnya!
Kalau itu bukan proses pengerusakan, aku akan bilang “KEREN BANGET YA PEMANDANGANNYA!!!”. Tapi karena itu hasil pengerukan lingkungan yg awalnya rimbun jadi begini, aku hanya bisa tersenyum kecut.
Panorama Pengerukan.
Di foto ada 3 diriku berdiri.
Aku kelihatan kecil banget kayak kerikil.
(Klik untuk memperbesar)
Oke sudah dua tempat yg aku perlihatkan fotonya. Yang di bawah ini lokasi ke tiga. Masih di Dusun Pugruk, Desa Balongrejo.
Yang ini nggak ada airnya.
Tapi lumayan gedhe juga pengerukannya.
Habis berpanas-panas ria melihat lingkungan yg bikin miris, Roziki mengajakku ke rumahnya. Mencicipi gorengan dan minum teh anget bikinan istrinya. Sambil ngobrol sambil kipas-kipas soalnya udaranya panas. Dulu kayaknya gak sepanas ini deh.
Pengembangan bisnis itu bagus-bagus aja sih. Tapi mbok ya dipikir resikonya sama manfaatnya lebih banyak yg mana. Kalau lebih banyak mudhorot (kerugian) nya, lebih baik tidak. Rejeki itu gak hanya berupa duit. Tapi kesehatan, ketentraman, kebahagiaan itu justru lebih mahal daripada SEKEDAR DUIT!
Pembangunan perumahan/hotel juga menurutku mubadzir dan lebih banyak merusak lingkungan. Pembangunan mall lebih dahsyat lagi dampaknya terhadap lingkungan. Tuh, di Jogja sana sudah panas khan situasinya gara-gara dibangun banyak mall.
Buat yg pingin menghuni rumah baru, pliz jangan bangun rumah lagi dong! Lahannya sudah menipis nih! Pakailah rumah bekas orang lain aja. Masa nggak ada? Ada lah aku yakin!
Biarlah Nganjuk seperti ini saja. Yang sudah-sudah biarlah sudah. Tapi jangan ditambahi lagi. Jangan dibangun parbik-pabrik lagi, jangan dibangun mall. Mall biar Kediri aja. Nganjuk biar tetap berangin, tetap hijau, tetap ndeso, gak banyak polusi.
Ntar kalau kota Nganjuk sudah banyak polusinya, aku harus kabur kemana? Kendaraanku khan sepeda? Dan menurutku hanya Nganjuk yg masih nyaman dibuat sepedahan walaupun itu di tengah kota.
Tak terasa cuaca semakin panas. Ternyata masih jam 10 pagi. Ali harus menjemput anaknya pulang sekolah di kota Nganjuk sana. Oke deh, ayok anterin aku pulang, Li!
Aku sudah janjian juga sama temen yg lain untuk piknik ke Kediri jam 11 nanti. Kemana itu? Ikuti postingan selanjutnya!
Sayang sekali kalau alam harus kalah dengan urusan perut. Hadeh… tapi pengelolaan alam yang salah ini sudah banyak banget kejadian di mana-mana, tidak cuma di Nganjuk. Dan masyarakat jadi terbelah karena adu donba investor dan antek-anteknya. Paling kita bisa reboisasi Mas, seperti yang dilakukan teman-teman di Batu yang menyebar bibit tanaman dengan ketapel. Atau, menunggu alam menuntut balas. Balasan alam itu setimpal, lho.
Prihatin :((.
Ah bener banget. Alam hanya ingin meremajakan diri. Dengan cara meratakan semua bangunan yg mengganggu ekosistemnya. Lalu tumbuhlah pohon2 baru yg siap menguasai dunia. Haha
Seharusnya, jangan sampai seperti itu. Sangat merusak lingkungan, kasihan generasi yang akan datang kalau melihat alam yang semakin tandus, harusnya di adakan reboisasi.
Sungguh miris memang. Aku aja pas berada di sana langsung marah loh. Waaah ini jahanam banget yg bikin kayak begini!
Di Jogja, sawah-sawah udah banyak yg ganti jadi rumah atau toko Ndop. Kalau bukit gamping udah banyak juga yang hilang habis ditambang.
Selama manusia belum bisa ngendog keluarnya duit, alam bakal “diperdaya” terus…
Betul bangeeet!! Semoga serakah itu bukan sifat yg manusiawi ya. Gak trimo aku. Hahaha. Iyo jogja wis macet saiki. Pembangunan jor joran ya. Semoga alam bertahan.
Baru ngeh, mas ndrop sudah punya istri belum? #dikeplak HAHAHA :D
Belum. Hahahahhaa. Nyari yg badannya gedhe dan brewokan susah soalnya mas. #eh HAHAHAHAHAHAHA
Memang benar, manusia yang merusak alam dan setelah itu menimbulkan bencana…
Iyes. Alam gak salah apa apa. Dia cuma meremajakan diri.
thanks bro artikelnya. miris banget emang manusia. penyebab kerusakan ckckck.
mustinya kalo daerah nganjuk masih banyak tegalan (tanah belakang rumah) yg bisa dibuatkan jalan supaya kalo mau nambah rumah tidak perlu ngorbanin sawah, hutan.
Kayaknya rumah di Nganjuk sudah banyak. Perumahan sudah banyak dibandung. Menurutku fokus di persawahan aja, biar masyarakat Nganjuk yg mata pencahariannya rata2 petani bisa hidup makmur.
setuju ndop, pertimbangan lapangan kerja kalo sawah dikonversi ke perumahan. Tp penduduk tambah banyak sih mau ga mau ruang musti lebih lebar, so seharusnya bisa manfaatin tegalan
Kenyataannya sih, banyak orang tua tinggal sediri di rumah yg kamarnya masih banyak yg kosong. So membangun rumah baru di zaman sekarang ini rada mubadzir dan memakan lahan hijau sih. Soalnya banyak perumahan dibangun dan mungkin harus distop mulai sekarang. Tapi itu menurut analisisku loh.
betul… betul… betul…
salam kenal ya
Artikel yang baik..
Terima Kasih untuk artikelnya.
Trend tambang seperti ngawur spt ini terjadi dimana mana mas, menyedihkan sekali. Apalagi kepala daerahnya mendukunh perusakan alam itu.
Selama DUIT masih menjadi tujuan hidup, maka hal seperti ini akan terus ada. Manusia memang serakah. Tapi sebenarnya bisa dikontrol dengan hati. Mungkin hatinya sudah mati, karena DUIT tadi.
keserakahan manusia .. (true)