Jangan Takut Menggurui
|Mungkin aku sudah ribuan kali blogwalking dan entahlah kalau nemu kalimat “bukan bermaksud menggurui” di suatu postingan, tiba-tiba hatiku kayak tertusuk. Jiwaku goyang. Pikiranku kalut.
Aku gak terima. Aku menolak kalimat itu.
Kenapa ya, Ndop? Kamu sakit jiwa? Kamu periksa ke sekiater sana!
Nggak tau ya. Aku rasa ada aura tidak baik dalam kalimat itu. Auranya lebih buruk dibanding “f*ck you, bajingan, kurang ajar, kampret, …” Dan kata-kata umpatan lainnya. Mungkin kata umpatan itu lebih jujur diungkapkan daripada kalimat “bukan bermaksud menggurui” yang menurutku ada kesan “berlindung dibalik batu”nya.
Ada apa dengan profesi guru? Seburuk itukah sampe kita nggak mau menggurui? Bukankah kalau kita nulis apapun, kita ingin tulisan kita diterima oleh pembaca?
Menggurui itu asyik
Kadang aku mikir gini, kalau suatu postingan ada kalimat “bukan bermaksud menggurui”-nya, udah deh, aku langsung mencap penulisnya sebagai orang penakut dan gak mau bertanggung jawab. Bahkan kalau levelnya ekstrim, aku menganggap penulisnya munafik. Huahaha.. Kejam banget ya pemikiranku.
Kamu harus begini, jangan begitu. Kalau kamu begini, nanti kamu akan selamat. Jangan melakukan itu, nanti kamu celaka. Orang-orang akan membencimu. Kamu nggak punya teman. Bukan bermaksud menggurui, tapi sekedar sharing aja. Menurut penelitian, kalau kamu begini, maka kamu akan mengidap ini..
Pas baca paragraf di atas, sampe kalimat “gak punya teman”, perasaanku baik-baik saja. Lalu ketika baca kalimat selanjutnya, aku langsung labil. Entahlah, ada aura yang nggak baik di sana.. Aku menolaknya.. Gak mau baca kalimat selanjutnya dan selanjutnya lagi.. Enough!
Ndop, jangan emosi dulu, kalimat “bukan bermaksud menggurui” itu biar berasa merendah gitu lo ndop. Biar gak dikira sok pinter…
Iya sih, tapi apakah perlu hal itu ditulis atau diucapkan? Sementara kalimat kita sebelumnya atau sesudahnya sifatnya memang menggurui dan sok pintar? Kenapa harus menjudge diri sendiri? Kenapa nggak membiarkan pembaca yg menyimpulkan karakter tulisan kita?
Iya, aku orangnya sensitif, sampai masalah sepele begini bikin aku resah gelisah. Hahaha.
Entah siapa yg pertamakali menciptakan kalimat itu. Bisa saya simpulkan pasti orangnya sangat penakut dicap sok pintar. Padahal kalau digoblok-goblokin paling juga marah. Khan jadi bingung apa maunya. Ya masa mau dianggap orang biasa-biasa aja? Kalau memang pinter, ya akui saja lah. Kamu gak mau khan dianggap orang bodoh?
Yaudah, apa adanya aja. Biar hidup kita ini enteng. Jangan terlalu banyak basa-basi gitu lah. Kalau punya pendapat, ungkapin aja sebebas-bebasnya. Wong kita ini khan punya hati nurani yang bisa mengontrol baik dan buruk. Kenapa musti takut sih dengan kalimat kita sendiri?
Jujur itu akan selalu aman. Walaupun banyak orang lain gak suka dengan kejujuran kita. Ya wajar. Wong genetiknya aja beda. Jadi kalau ada yg nggak sepemikiran, ya nggak papa.
Apa jangan-jangan hati nurani kita sudah rusak ya? Sampai berkata jujur aja takut?
Hehehe. Kadang aku yg ndableg ini, kalau baca artikel trus nemu kalimat “bukan bermaksud menggurui”, yaudah, aku gak ngerewes lagi. Wong dia sudah bilang bukan bermaksud jadi guru, jadi kenapa harus digugu (dipercaya) dan ditiru? Yaudah, berati kita boleh mengabaikan saja toh tulisan dia? Haha..
Yuk, mulai sekarang jangan takut lagi menggurui. Kalau kita memosisikan menulis sambil berniat mengajar (seperti guru), maka otomatis tulisan kita akan terkontrol. Soalnya ada moral yg membimbing kita supaya tulisan kita bermanfaat buat pembaca. Supaya pembaca meniru apa yg kita lakukan. Tentu saja yang baik-baik ya.
Pembaca itu butuh kejujuran dari penulisnya. Pembaca butuh inspirasi dari tulisan-tulisan kita. Sudah saatnya kita ini tidak “terinspirasi” terus menerus, tapi harus berusaha “menginspirasi” orang lain. Menginspirasi itu gak harus pakai bahasa ilmiah, kalimat kekanak-kanakan kalau isinya syarat arti dan jujur ditulis dari hati, juga akan menginspirasi kok.
Kurangi basa-basi. Karena di dalam basa-basi itu ada bahasa yang basi. Walaupun terlihat indah, tapi baunya nggak enak. Kayak bunga bangkai. Umurnya gak lama. Meninggalkan bau busuk pula. Ih…
Iya, saya bermaksud menggurui di postingan ini. Benar atau salah, mari dikoreksi bersama-sama ya murid-muridku..
pinjam dulu…
aduhh mas..mungkin maksud menggurui tu…konotasinya sudah berbeda dengan konteks berbeda..ini menurut aku loh ya mas..itu ungkapan kesopanan…itu menurut aku..boleh di terima boleh juga nggak… hehehe :wink:
Oke deh..
bener mas ndop.. yang namanya orang nulis itu kan niatnya emang menggurui. Berharap tulisannya di baca dan pembaca bisa mengambil pelajaran dari tulisannya itu.
kalo takut di bilang menggurui ya gak usah nulis..
Berati dirimu sehati sama aku! Hahaha..
Pikiranku kalut… bener2 kalut Mas Ndop.. mungkin aja maksud dia “mengajak” tapi biar gak keliatan sok2an, dia merendah dengan kalimat bukan bermaksud menggurui… mungkin bahasa sopannya menggurui kali ya??
Mendingan gak usah ditulis kalau begitu.. Haha..
keren tulisannya …. belum pernah baca ada yg terus ternag bilang mau mneggurui kayak postingan di atas :P
aku terbiasa hidup di sini dgn masyarakat yg terbiasa pula bicara apa adanya, bukan basa basilah, capek, mbulat mbulet, muter muter, dan nggak terus terang, padahal bicara apa adanya khan seharusnya lbh ringan krn nggak hrs berbohong, bener nggak ? :D
Betul sekali mbak.. Sepahit pahitnya jujur, efeknya sebentar. Selebihnya manis. Seenak enaknya berbohong, efek manisnya sebentar, pahitnya berkepanjangan.. Haha..
Karakter wong jowo koyoke mbak, banyak basa basinya, memendam rasa juga, gak gelem frontal, gak tegas, iya kalau orangnya sregep, masih akan gelem tendang. Lha nek wonge males, gak ditegesi, ya gak bar bar kerjaane haha..
iya juga sih masuk akal, orang dia kan memberikan wejangan – wejangan, tapi gak mau dibilang menggurui, terus yang dilakukan itu apa?
kata – kata itu mungkin tergantung orangnya aja, ada yang gak srek dan ada yang pas juga.
tapi gak harus dipermasalahkan sih kak ndop, mungkin dia masih pemalu,bilang seperti itu biar gak dicap sombong gitu…
Padahal kalau kita jujur, walaupun kelihatan sombong, ya nggak papa. Jatuhnya nanti akan percaya diri. Kalau sombong itu khan meremehkan orang lain. Mengaku dia paling hebat dengan nada yg tidak becanda. Kalau menyombongkan dri dg nada bercanda, ya nggak papa. Itu namanya pede. Haha
Menurutku sih, ungkapan itu ada untuk memposisikan apa yang di tulisnya itu belum tentu pas dengan kondisi dari pembacanya… Misalnya aku nulis ttg pentingnya pendidikan agama sejak dini dan memasukkan anak ke SDIT walo biayanya mahal. Bagiku walo mahal, tetap tepat krn di lingkunganku, TPQ atau madrasah2 di mesjid kegiatannya gak jalan, tapi bagi org yg tinggal didaerah yg kegiatan mesjidnya bagus ya lbh baik milih sekolah di SD negeri krn lbh murah dan pendidikan agamanya cukup dimesjid.
Trus cara kita berkomunikasi dengan org lain, pasti ada pengaruh dari keseharian kita. Misalnya antara aku sama panjenengan ya tentu beda, karena aku sudah berkeluarga, pnya anak tentu gak bisa jebrat jebret spt sampean hahaha..
Orang yang biasa bekerja bersama-sama org lain tentu juga berbeda dengan orang yang bekerja scr mandiri spt sampean, ditambah dg bermacam karakter dan pengalaman hidup dr setiap org yg berbeda…
Jadi menurutku sih, ungkapan itu spt laiknya sebuah pesan bahwa antara penulis/penyampai dengan pembacanya memiliki perbedaan-perbedaan yang membuat apa yang disampaikan belum tentu tapat dan pas dengan kondisi dari si pembaca. Demikian kangmas…
Nggih mas.. Tak kiro aku wis sakit jiwa, kudu prikso ning pskiater.. Ternyata mergo pergaulan dan karakter masing masing sih yaaa.. Kalau aku memang orangnya frontal sih.. Marah ya marah, seneng ya seneng Ahaha..
Tapi ini tetep negeri demokrasi lho Ndop,
Bukan bermaksud menggurui, (eh malah tak pakai di sini #ngikik)ku hanya mau mengulang sebaris kalimatmu diatas juga, “Wong genetiknya aja beda. Jadi kalau ada yg nggak sepemikiran, ya nggak papa.”
Jadi beneran ya Ndop, kalau ada yang nggak sepemikiran, ya nggak papa yakk…. #lempeng
Hahaha… Iyoooo.. Khan aku lagi sakit jiwa kang.. Maklum wis tuek haha..
saling menggurui itu indah
Hahaha.. Tulisanku ra pati penting kok. Dadi fastreading o rapopo. Haha.
Iya juga ya, baru kepikiran setelah mbaca tulisan mas ndop.
Udh ngomong panjang lebar njelasin suatu hal, ehh di tutup kalimat bukan maksud menggurui. Padahal tulisan nya bersifat mengajarkan. Tapi *ahh sudahlah
Hehehe itu namanya gak mau bertanggung jawab dg tulisannya ya mas.. Menurutku yg lagi sakit jiwa ini gitu haha..
saya sering di gurui.. di kampus sama dosen…hehehehe…
salam kenal.. ^_^
Salam kenal juga muridkuuu.. *ekting jadi dosen*
bukan bermaksud menggurui itu seperti CMIIW gak ya ? :oops:
Aku lebih suka dengan cmiiw sih..auranya lebih enak aja.. Buseeet istilahnya auraaaa hahaha..
kita nulis kn biar orang lain tau, kan sama toh kyak fungsi guru,,
jadikan secara tidak langsung tulisan kita y menggurui pembaca,,,
Hahahha.. Sepakat!!! Mari tingkatkan kepercayaan diri dalam menulis.. #tsaaah
coba deh aku search frase “bukan bermaksud menggurui” di blog ku, hehehe
ada ngga ya?
Kayaknya gak ada mas jar hahahaha…
saya mau menggurui kamu, bang ndop! 1 + 1 = 2
Makasih pak guruuu
aku nggak suka digurui,,, sapa lu.
Hahaha..
Hahaha.. Baiklah muridku…
pasti semua orang gak suka kalo dikatain “duh lo kok menggurui banget sih”
jadi menurut gue, rata-rata orang gak bermaksud seperti itu, cuma interpretasi orang yang nanggkep aja seperti itu.
hehe
blogwalking ya
Nah, ada “banget” nya itu yang orang gak suka. Kalau cuma menggurui aja secara wajar ya nggak papa hehe. Jadi mungkin lebih enak ditulis gini “tulisanku kok menggurui gitu ya? Ya maap” agak gak jaim dan jujur apa adanya.
Oh, jadi gitu to pak guru
Kalo saya sih nggak pernah takut buat menggurui.
Kalo emang niatnya baik, ya udah saya bilang apa adanya. Suka ceplas-ceplos sih orangnya :D
Bukan maksud menggurui juga sih, tapi kalo dikira menggurui ya uwes, aku rapopo.
Gitu aja kok repot, hahahhaah
Huahahaha.. Kamu memang murid yang selalu paham apa yg pak guru maksud. Kamu saya liburkan seminggu karena prestasimu. Silakan liburan sana ya nak..
*membuka memori* apa pernah nulis gitu gak yah di blog?
akuu…akuu juga nulis dari hati kok mas ndop *abis ini mas ndop muntah muntah* :D
well,, mungkin saja yang nulis gitu sebagai bentuk kesopanan, karena diluar sana banyak yang lebih pintar dari apa yang ditulisnya…
Hahahaha iya setuju banget. Memang basa basi kadang ada gunanya untuk kesopanan. But I don’t use that for kesopanan thing. Haha aku lebih seneng kesopanan dalam hal lain, selain basa basi hahaha..
haha artikel yg menarik
Hahahhaa
“Bukan maksud menggurui” <– menurutku ini sebagai bentuk kesombongan. Atrinya : aku ini bukan guru, tapi bisa memberikan tulisan yang berkualitas layaknya guru, dan aku mampu merendah lho ya… Sama seperti ungkapan "Bukan bermaksud sombong…, aku sudah menyumbang mesjid 5M bla..bla…"
Begitu menurutku mas Ndop. Mohon maaf, komen ku ini bukan maksud untuk menggurui….
Hahahahaha… tuh kenapa di akhir kalimat kamu bilang bukan bermaksud menggurui? berati kamu sombong dong? hahahaha… Iya setuju mas.. munafik juga sih ya..
hahaha,,,its me,,,,bener apa yg di uraikan di atas,,,saya merasa takut dg apa yg sy tulis, maka keluarlah statemen tsb.
Wahahaha… kena deh.. Kalau tersinggung trus dirimu marah, aku minta maaf ya mas.. Kalau nggak marah ya berati mentalmu kuat hahahaha
hahaha,,, iya, Akurapopo. krn faktanya begtu. dalam menulis, saya blum bs kyk mas ndop untk slalu jujur, terlebih samp terdgar nylekit di telinga.,,
Saluteee,,,,,
Kalau diartikan secara tersirat ya memang begitu mas, frase ‘bukan maksud menggurui’ itu kesannya memang ‘niatnya menggurui’ :D
Karena kalo emang niat menggurui ya tinggal nyeplos aja, kaya mas ndop ini hehe
Tapi bagi saya, setiap tulisan ada pembacanya sendiri2 sih. Saya jg sering nemu tulisan seperti itu dan bisa jadi saya jg pernah nulis gitu. Jadi ya kembali ke amal perbuatan masing2 #opoiki :D
Huahaha.. Kurang lebih begitu mas.. Sama kayak bukan bermaksud menyinggung perasaan gitu ya, tapi kalimatnya nyinggung banget. Duh, enaknya berlindung pakek kalimat “bukan bermaksud…”. Kayak kita dilindungi meriam, tank, dan tentara di depan kita. Hahaha..
karena komunikasi melalui tulisan tak selengkap komunikasi verbal yang memiliki gerak tubuh, intonasi dan tinggi rendahnya suara yang dapat menambah kesan/arti pembicara
*halah
Setuju banget.. Kalau tulisan itu menurutku harus apa adanya. Kalau basa basi mending verbal aja..
emezinggg…. ini postingan bener2 menggampar saya… saya kadang suka basa-basi, juga termasuk alesan sana-sini… dan terkadang “bukan bermaksud menggurui”… hmmm… :(
bener juga ya…
Tip Top Top…
Hahaha.. Kena nih ye.. Tapi ikuti kata hatimu saja deh mas, kalau ngikuti kata hatiku, nanti kamu berubah jadi ganteng loh..
gimana kalo “Bukan bermaksud menggurui” diganti “kalo menurut gue”?
hemmmm….
saya bukan bermaksud menggurui ya, mas *kabooorrr*
Sangat setuju.. itu lebih enak sih auranya…