Setelah posting berbobot, akhirnya saya posting yang ringan-ringan saja. Sekalian mau ncoba kamera vijiei dari handfoun baru. Oke deh, seperti biasa, cerita mengalir dari foto-foto saja ya.. ___
Mungkin gara-gara cuwaca yang panas, makanya otak saya yang ada di telapak kaki ini berfikir kalau saya musti memakai yang namanya topi. Selain untuk menutupi bentuk muka saya
Sekali lagi saya ucapkan.. Alhamdulilaahirobbil ‘aalamiin.. (pingine nulis arab, tapi kok kibode huruf londo kabeh, wekekeke…) Akhirnya hapeku hulek-hulek yang gedhenya seungkal yang kalau diuncalkan ke anjing, anjingnya
Dahulu kala, almarhum Bapak selalu mencatat semua barang-barang yang ia beli. Mulai lemari, kursi, kamar tidur, eh salah, maksudnya tempat tidur, trus bifet, et setera deh. Ketika saya
Lagi-lagi ada sesuwatu dari dunia maya datang ke rumah saya di dunia nyata. Kalo yang datang ke rumah saya di dunia maya sih saya ndak kaget lagi. Maklum
“Tuliit.. tuliiit…,” suwara hape jadul-sejadul-jadulnya saya berbunyi. Bunyinya totet-totet, bukan tulit-tulit, yang di awal tadi salah tulit eh salah tulis. <–walaaah, iki kok embuleti njaya prondaksyen!!! Saya yang
Ringtone monophonic dari hendfoun saya berbunyi, kuaktifkan hapeku, kupencet “read”. Sms dari teman sekampus dulu. *Sekarang bukan teman sekampus lagi, soalnya dia sudah lulus dua tahun yang lalu,
Ote-ote, tahu isi, tahu petis dan telo goreng terhidang di atas meja. Siapa yang bisa menahan untuk tidak mengambilnya malam itu. Apalagi perut belum terisi sejak sore tadi.