Pergi Umroh Diam-Diam, atau Bilang-Bilang?
Setiap musim umroh, kita sering mendengar cerita yang unik. Ada jamaah yang pamit jauh-jauh hari, mengumumkan keberangkatannya di grup keluarga, bahkan mengunggahnya di media sosial. Sebaliknya, ada pula yang memilih pergi diam-diam. Tahu-tahu setelah pulang, tetangga kaget karena melihat ia sudah membawa air zamzam dan kurma.
Pertanyaannya: lebih baik mana? Pergi umroh diam-diam, atau bilang-bilang?
Jawabannya tentu tidak hitam-putih. Ada banyak sisi yang menarik untuk dibahas, mulai dari pertimbangan agama, sosial, hingga budaya kita sebagai orang Indonesia.
Mengapa Ada yang Memilih Diam-Diam?
Bagi sebagian orang, umroh adalah ibadah pribadi yang sangat intim. Mereka merasa tidak perlu dunia tahu. Ada rasa ingin menjaga privasi agar ibadah lebih khusyuk.
Alasan lainnya adalah khawatir riya atau pamer. Di era media sosial, seseorang yang mengunggah kabar keberangkatannya bisa saja dianggap mencari pujian. Karena itu, ada yang memilih jalan aman: pergi dengan diam, pulang pun diam.
Selain itu, ada faktor keamanan. Meninggalkan rumah dalam waktu lama terkadang membuat orang waspada. Dengan tidak banyak mengumumkan, risiko keburukan bisa lebih kecil.

Mengapa Ada yang Memilih Bilang-Bilang?
Sebaliknya, banyak pula jamaah yang merasa wajar untuk memberi kabar keberangkatan. Justru dengan mengabarkan, mereka bisa meminta doa restu dari keluarga, sahabat, dan tetangga.
Bagi sebagian orang, kabar ini juga jadi momentum silaturahmi. Ada tetangga yang menitip doa, ada keluarga jauh yang akhirnya kembali dekat karena mendengar kabar umroh. Bahkan, ada yang terinspirasi lalu termotivasi menabung agar bisa menyusul.
Mengabarkan juga bagian dari berbagi kebahagiaan. Umroh adalah nikmat besar, dan ketika dibagikan, nikmat itu terasa lebih luas.
Perspektif Agama: Diam dan Terbuka Sama-Sama Ada Dasarnya
Dalam Islam, niat adalah kunci. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa amal bergantung pada niat. Mengumumkan keberangkatan umroh bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk memohon doa dan menginspirasi orang lain.
Al-Qur’an juga menyebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 271:
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya, itu lebih baik bagimu.”
Ayat ini memberi gambaran bahwa baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, keduanya bisa bernilai positif tergantung niat.
Maka, pergi umroh diam-diam atau bilang-bilang sama-sama sah, tergantung hati. Yang penting, jangan sampai ibadah ternodai oleh niat mencari pujian.
Manfaat Mengabarkan Keberangkatan
Mengabarkan keberangkatan punya sisi-sisi positif:
- Mendapat Doa Restu
- Menumbuhkan Semangat Bersama
- Kebiasaan Mulia: Membawa Oleh-Oleh
Doa orang lain adalah keberkahan. Dengan memberi tahu keluarga dan tetangga, jamaah bisa mendapat doa agar perjalanannya selamat dan ibadahnya diterima Allah.
Melihat orang yang berangkat bisa jadi motivasi bagi yang lain. Banyak cerita orang yang mulai menabung atau serius berniat umroh setelah melihat saudara atau tetangga berangkat lebih dulu.
Dalam budaya kita, jamaah umroh sering membawa buah tangan untuk keluarga dan tetangga. Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.”
(HR. Bukhari). Hadiah, sekecil apapun, bisa menumbuhkan cinta dan ukhuwah.
Tetapi ada dilema: belanja oleh-oleh di tanah suci sering menyita waktu dan tenaga. Padahal, inti perjalanan adalah ibadah, bukan belanja.
Di sinilah solusinya: jamaah bisa menyerahkan urusan oleh-oleh pada toko oleh-oleh umroh di tanah air.
Salah satunya adalah Toko Hamidah, salah satu toko oleh-oleh umroh Jogja yang menyediakan paket souvenir umroh siap bagi.
Mulai dari kurma, air zamzam, coklat arab, hingga sajadah. Jamaah cukup pesan sebelum berangkat, lalu setelah pulang tinggal membagikan kepada keluarga dan tetangga. Praktis, tidak merepotkan, dan tetap menjaga tradisi mulia berbagi.
Risiko dan Sisi Negatif Bilang-Bilang
Meski ada banyak manfaat, mengumumkan keberangkatan juga punya risiko:
- Bisa memunculkan rasa iri bagi sebagian orang yang belum mampu berangkat.
- Membuka peluang riya jika niat tidak dijaga.
- Menambah beban jamaah karena banyak titipan doa bahkan titipan belanja.
Karena itu, penting menjaga hati. Jangan sampai keberangkatan menjadi ajang pamer.
Keuntungan Pergi Diam-Diam
Pergi umroh secara diam-diam juga punya nilai tersendiri:
- Jamaah bisa lebih tenang dan fokus.
- Terhindar dari pandangan atau komentar orang.
- Lebih aman, karena tidak banyak yang tahu rumah sedang kosong.
Kadang, diam-diam justru memberi ketenangan batin tersendiri.
Dilema Sosial: Antara Tetangga dan Budaya
Namun, di Indonesia ada faktor budaya. Jika tidak memberi kabar, kadang jamaah dianggap aneh. Ada yang merasa tidak dihargai karena tidak diberi tahu. Bahkan, bisa menimbulkan salah paham.
Di sisi lain, mengumumkan keberangkatan terlalu heboh pun bisa dianggap berlebihan. Inilah dilema yang kerap muncul.
Menimbang Hikmah dan Niat
Apapun pilihan seseorang, yang terpenting adalah niat yang lurus. Diam-diam atau bilang-bilang bukan masalah besar selama tujuan utama tetap mencari ridha Allah.
Jika bilang-bilang, niatkan untuk minta doa dan memberi inspirasi. Jika diam-diam, niatkan untuk menjaga keikhlasan.
Penutup: Diam atau Bilang, Kembali ke Hati
Pergi umroh adalah perjalanan mulia. Entah memilih diam-diam atau bilang-bilang, kuncinya tetap pada niat. Jangan sampai riya merusak pahala.
Dan bagi jamaah, jangan lupa: fokuskan diri pada ibadah, bukan belanja oleh-oleh. Tradisi memberi buah tangan tetap bisa dijaga tanpa harus repot, cukup percayakan pada toko oleh-oleh terpercaya seperti Toko Hamidah di Jogja, yang siap membantu jamaah menjaga tradisi berbagi tanpa mengganggu kekhusyukan ibadah.
Akhirnya, yang paling penting bukan bagaimana kita pergi, tapi bagaimana kita pulang. Apakah hati kita lebih dekat dengan Allah setelah menunaikan umroh.


