Wisata Jawa Tengah: Keajaiban Rambut Gimbal di Dieng

Di saat malam hening sedang stalking foto-foto entah siapa di facebook, eh ada notifikasi email masuk. Ternyata dari Alid pemilik Alidabdul.com.

Mesen vector kah?

Ternyata enggak. Alid malah ngajak aku wisata ke Dieng dan sekitarnya bersama 20 bloggers lainnya. Eit, bukan blogger sembarangan sih, mereka itu travel blogger. Ada enam bloggers yang sudah gabung Travel Blogger Indonesia. Komunitas blogger yg menurutku sangat berkelas. Soalnya untuk masuk ke komunitas itu, gak gampang. Bahkan seorang alidabdul yg sudah keliling dunia aja ditolak loh hahaha.

Trus namanya aja travel blogger, berati untuk posting satu postingan saja, mereka harus traveling dulu. Butuh duit pasti! Apalagi kalau postingannya ngomongin wisata luar negeri, bisa jadi satu postingan mereka yg itu harganya bisa puluhan jutaan rupiah! Berkelas khan? HUAHAHA

Gak kayak blogku ini lah, satu posting malah bisa jadi menghabiskan uang minus ratusan ribu, alias aku malah dibayar. Maklum diriku khan artis, jadi sering dapat endorse. HUAHAHA.

Kita kembali ke jalan yang lurus..

Acara ini GRATISAN! Semua biaya ditanggung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah. Makanya saya langsung mau banget diajak! Gak pakai mikir deh. Hahaha. Apalagi ini acaranya masih 3 minggu lagi gitu, aku bisa ngosongin order di hari H. Kalau acaranya seminggu lagi gitu, aku jelas nolak lah, jobku khan laris ya. Antrinya lama. Klienku khan sudah ribuan. HUAHAHA.

Seminggu berikutnya, datanglah email resmi dari Sarana Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah. Wuih, baru kali ini dapat email dari pemerintah nih! Grogi bacanya. Ternyata isinya pdf jadwal acara wisata nanti ngapain aja. Trus disuruh ngisi form pendaftaran. Di email juga dilist siapa saja blogger yang ikut.

Sebagai blogger yg menerapkan motto “Seorang blogger sejati harus blogwalking dan meninggalkan komen”, aku pun mengunjungi blog mereka satu-satu. Lalu shock! GILAK! Mereka kaya bener ya bisa wisata ke luar negeri!

Sementara aku?

Eyaoloo, aku ini caranya check in hotel aja gak ngerti. Selama ini dicheck in-in temen. Aku tinggal ngasih duit saja. Terima beres. DASAR PUTRI RAJA! HAHAHA.

Jangankan cara check in hotel, ARTI CHECK IN AJA AKU GAK NGERTI KAKAK! PARAH BANGET KHAN AKU???

Emang check in hotel itu ngapain toh? Ngasih duit check? check sound? Atau ngapain?

:rolleyes:

Kita kembali ke jalan yang lurus.. part 2

Lha trus kok bisa-bisanya aku diundang ikutan acara Familiarization Tour/trip Jawa Tengah itu?

Ya semua gara-gara Alid sih. Dia sebenarnya udah ngajak teman-teman travel blogger kenalannya, tapi mereka kayaknya gak bisa gitu. Trus ujung-ujungnya, mungkin karena frustasi, Alid pun ngerandom nama-nama blogger yg dia kenal pakai dadu, trus terpilihlah aku dan IdahCeris.com. Hanya kami berdua yg bukan travel blogger. HUAHAHAHA.

*toast disik Dah!*

______________

Dino Kemis, 4 Desember 2014

Dari Meteseh Semarang, aku dibonceng sama Novan, sang fotografer bola, yang sudah sangat baik hati mau menjemput aku dari stasiun Poncol pakai Avanza, lalu menraktir coklat di Kopi Benteng Banyumanik, menyediakan penginapan gratis, lalu nganterin aku ke Dinas Pariwisata Jateng naik motor CBR (Eh, motornya dijual loh! Siapa tau ada yg minat?) pagi-pagi buta.

Setelah berterimakasih kepada Novan, aku pun tolah-toleh mencari peserta lain yang katanya 20 orang itu. Eh, ada mas-mas ganteng sedang mainin gejet, samperin ah. Siapa tau bisa jadi klien baru #eh.

“Mas, ikutan tour ke Wonosobo ya? Bersama blogger-blogger?” Sambil siap-siap merogoh iPad mau nunjukin portfolio vector.

Masnya mengernyitkan dahi, “Mmm.. Wonosobo? Bukan Pak, aku ini mau piknik juga, tapi bersama komunitas Joglo Semar. Kalau ke Wonosobo harusnya sekarang sudah berangkat sih.”

HEEE???? SUDAH BERANGKAT??? KAMSUDNYA BAGEMANA KAMSUDNYA???? SITU KENAPA MANGGIL PAK SIH??? AKU MASIH JOMBELOH TAUK!!! PELANGGARAN!

“Loh mas, tapi ini bener Dinas Pariwisata toh?” Aku masih gak percaya sama perkataan mas itu. Buktinya Alid aja gak nyari-nyari aku kok. Kalau memang sudah berangkat, pastinya aku sudah dikoling beribu-ribu kali sama Alid.

“Bukan! Ini kantor Joglo Semar!”

GUBRAK!!!!

Ternyata alamat Dinas Pariwisata yg bener itu di jalan Pemuda nomer 136, sementara aku sekarang berada di nomer 140an! KAMPRET! Ternyata aku salah alamat! HUAHAHAHA.. Etapi di papan namanya ada tulisan Dinas Pariwisatanya loh! Lagian kenapa itu di depan ada bis kayak mau piknik juga sih? Mengecoh tauk!

Jalan kakilah aku di sepanjang jalan Pemuda. Mencari nomer 136. Ternyata ada di seberang sana. Aku menyeberang jalan. Lalu ketemu Pak Santosa (@abe_sant). Itu pak Santosa kok tau aja kalau aku ini blogger yg ikutan #FamTripJateng ya? Mungkin mukaku sudah nggimbal kali ya, mengingatkan Pak Santosa akan anak gimbal di Dieng. HAHAHA

Masuk ke kantor Dinas Pariwisata, diriku ketemu Alid dan kawan-kawan travel bloggernya. Aku langsung salaman satu persatu. Lalu Alid menjelaskan siapa aku ini sebenarnya, seberapa ngehitsnya aku di kancah perbloggeran dunia, ke teman-temannya. Aku tersipu malu sih, walaupun itu cuma ekting. HUAHAHAHA.

Aku ini orangnya over pede lah, walhasil ketika ketemu sama orang baru kenal, sebisa mungkin aku harus membuat mereka grogi ketemu aku. HUAHAHAHA.

Eh, dapat sarapan gratis. Karena gak biasa sarapan sepagi itu, walhasil aku gak habis! *HALAH ALESAN! ASLINYA SIH PENCITRAAN KHAN?* Hahahha. Iya sih, biar kayak orang kaya gitu, kalau makan gak dihabisin.

Setelah mengisi daftar hadir, para travel blogger pun siap menuju Dieng! Tapi jangan lupa foto rame-rame duluuuu!

Travel Blogger peserta fam trip jateng 2014

Dari kiri ke kanan: Fahmi, Mbak Dinas Pariwisata, Ibu Dinas Pariwisata, Yusmei, Krisna, Azka, Putri, Rijal, Alid, Dika, Indri, Halim, Dita, Reza, Yofangga, BLOGGER PALING NGEHITS SEGALAKSI BIMA SAKTI!, Mawi, Firsta, Hmm.. ini siapa ya?

Peserta famtripjateng

Dita, Indri, Firsta,
Rijal, Putri, Alid, Ndop, Reza, foto di depan bis.

Gimana? Cantik-cantik dan ganteng-ganteng semua khan? Sudah pada tau, siapa yg paling ganteng? SUDAH PADA TAHU? SIAPA???? *Siap siap nyogok pakai duit 20 milyar*

Bis pun melaju juga akhirnya. Sekitar jam 7 pagi. Duh, jam segitu tuh biasanya aku juga sudah melaju sih, melaju menuju ke alam mimpi. Haha.

Mas Santosa sebagai guide menjelaskan tentang Semarang yang sedang kami lewati. Lalu bertanya tentang nol kilometernya Semarang. Dengan pedenya aku bilang Tugu Muda! Hahaha. Padahal salah besar. Nol kilometer Semarang itu ada di depan Gedung Keuangan Negara Jalan Pemuda Semarang. Gak malu-maluin sih aku, soalnya bukan warga jateng, jadi wajar salah hahaha.

Trus bis berhenti di stasiun Tawang untuk menunggu kak Ari pemilik Buzzerbeezz.com yg keretanya telat. Di depan stasiun, ada polder Tawang untuk mencegah banjir di Semarang. Foto-foto yuk!

Polder Tawang Semarang

Polder Tawang Semarang

Perjalanan dilanjutkan. Pak Santosa curhat kalau wisata di Jawa Tengah kok kalah terkenal sama wisata jawa timur atau provinsi lain gitu. Pengunjungnya juga kok gak serame provinsi lain. Padahal menurut kak Santosa, Jawa Tengah ini wisata model apa aja ada.

Air terjun? Ada banyak! Salah satunya grojokan Sewu! Pegunungan? Ada dong! Dieng salah satunya! Laut, pantai? Ada dong! Karimun Jawa! Apa aja ada deh. Tinggal gugling lalu cari travel agen! Budal!

Bahkan mirisnya, penduduk Jateng pun kalau wisata malah ke jawa timur. Padahal belum tentu mereka sudah mengunjungi semua wisata di provinsinya sendiri Jawa Tengah. Khan ya aneh. Bahkan menurut survey, wisatawan yg berkunjung ke Jawa Timur itu sebagian besar malah warga Jawa tengah.

Nah, mungkin lo ya, mereka emang gak ngerti wisata Jawa Tengah itu apa saja. Tahunya wisata Jawa Timur. Promosinya mungkin kalah sama Jawa Timur. Makanya sekarang Dinas Pariwisata Jateng ini sedang gencar-gencarnya promosi wisata Jawa Tengah biar ramai. Dan promosi edisi kali ini adalah ke Dieng! Gitu kak.

Agar lebih akrab, peserta memperkenakan diri dulu satu-persatu pakai mic. Ternyata ada di Mawi (mblusuk.com) dari Jogja yg kayaknya tertarik ingin ke Nganjuk, mau kenalan sama Sedudo. Maklum dia ngefans sama Air Terjun. Semacam Waterfall hunter gitu deh.

Ayok kapan Wi, ke Nganjuk? Bilangnya jangan mendadak ya, aku ini orang penting, jadi sibuk banget! HAHAHAHA.

Selama perjalanan, aku dengan pedenya mengambil alih microphone. Mumpung lagunya bukan dangdut koplo, ayuk wis nyanyi. Lagunya Ada Band, lumayan familiar lah. Bahkan pas lagu Ada Band “Yang Terbaik Bagimu”, suara Gita Gutawa pun aku libas habis! Lalu mendapat tepuk tangan para fans! HUAHAHAHA..

Tak terasa sudah sampai di Banjarnegara, bis berhenti di Alun-alun, menjemput Idah Ceris yang asli sini. Maklum dia gak bisa ngambil cuti banyak-banyak, bisanya hanya dua hari. Walhasil gak bisa bermalam di Semarang dulu kayak kita-kita.

Di tengah perjalanan, berhenti sebentar untuk pipis dan makan siang. Makan siangnya enak!

View perjalanan menuju Dieng itu bagus loh. Pegunungan yg biru dan sawah yg hijau gitu.

view perjalanan menuju Dieng

Aku foto dari kaca bis nih. Keren yak!

Semakin lama, jalanan semakin naik, semakin dingin udaranya. Pemandangan juga semakin bagus. Kayaknya ini udah memasuki kawasan Dieng ya?

View Perjalanan menuju Dieng

Di mana-mana ada gunung! Sayang langit berkabut.

Eh, ternyata iya, tiba-tiba udah masuk Dieng aja nih. Kami semua turun dari bis. Langsung masuk ke Pendopo Soeharto Whitlam. Dulu, tahun 1974, Pak Harto pernah mengadakan pertemuan sama perdana menteri Australia bernama Mr.Gough Whitlam di pendopo ini.

Di dalam Pendopo, kami akan menyimak penjelasan tentang rambut gimbal atau gembel khas Dieng, dengan narasumber ketua adat, bernama Pak Naryono. Lalu ada adik kecil berwajah Tibet, bernama Nafis, si “penderita” rambut gimbal. Lalu dik Sri, dulunya penderita rambut gimbal. Sekarang sudah kembali ke jalan yg lurus sembuh.

Bapak Naryono, Nafis, Sri

Bapak Naryono, Nafis, Sri,
Penduduk asli Dieng yg ditunjuk sebagai narasumber

Sik-sik, gimbal-gimbal itu maksude opo?

Jadi pemirsa, di Dieng itu setiap tahun ada tradisi ruwatan kepada anak-anak kecil (rata-rata seusia balita sampai SD) yang rambutnya gimbal. Gak semua penduduk Dieng itu gimbal loh. Jadi hanya orang-orang tertentu yang lolos audisi. Yang ngadain audisi mungkin para dewa dewi di Dieng ya.

Eh iya, Dieng itu sarat akan hal mistis ya. Sama kayak si rambut gimbal itu. Gak ada penjelasan medis yg menemukan darimana asal rambut gimbal.

Keturunan, genetik?

Nggak juga. Ada yg orang tuanya gimbal, eh anak-anak sampe cucunya gak ada yg gimbal. Ada pula yg sebaliknya.

Jenis kelamin?

Nggak juga. Mbah Naryono itu dulu gimbal loh. Nafis cewek juga gimbal khan?

Genetik lah! Khan katamu biasanya anak kecil. Berati ketika dewasa akan sembuh sendiri tuh rambutnya!

Nggak juga kok. Ada yg sudah dewasa tapi masih gimbal saja. Karena permintaannya susah dipenuhi.

Sik, mana lihat? Rambut gimbal kayak gimana?

Nih..

Nafis Gimbal

Nafis dan rambut gimbalnya

Oke, jelasin!

Nah, ketika kecil, si anak “terpilih” yang tau-tau rambutnya gimbal, di suatu pagi ketika bangun tidur, tiba-tiba dengan anehnya dia minta permintaan. Permintaannya kadang aneh-aneh.

Contohnya minta dibelikan sepeda warna pink dan yang membelikan harus pak bupati! Atau minta dibelikan coklat sekeranjang. Bahkan konon ada yg minta ditangkapkan ular sebesar gendang! Dan karena permintaan itu susah dituruti, si anak yg sekarang sudah dewasa itu agak error (gila) gitu.

Menyimak penjelasan narasumber

Menyimak penjelasan narasumber

Nah, untuk kasus dik Nafis, untungnya permintaannya gak susah sih. Dia cuma minta dibelikan es lilin sama tetangganya. HARUS TETANGGANYA! Haha.

Si pemilik rambut gimbal ternyata harus menderita juga loh. Menjelang tumbuhnya rambut gimbal, si anak akan sakit panas dan gak fit. Lalu muncullah rambut gimbal itu. Mungkin karena suhu tubuh meningkat, si rambut jadi “rusak” dan menggimbal? Gak tau aku.

Rambut gimbal itu akan terus tumbuh, dan si anak akan terus gak fit dan sering sakit. Dan orang tua pemilik rambut gimbal gak bisa asal potong saja, bisa-bisa si anak sakitnya tambah parah. Trus si ortu juga harus nunggu si anak mengucapkan permintaan. Biasanya pagi hari habis bangun tidur.

Permintaan si anak untungnya cuma satu. Dan konsisten gak berubah sampe rambutnya dipotong nanti. Sebelum rambutnya dipotong, keinginan harus dipenuhi dulu dong!

Nafis dan Sri

Nafis dan Sri

Halah, mudah dong kalau untuk kasus Nafis itu? Kenapa gak sekarang aja dipenuhi permintaannya trus dipotong rambut gimbalnya, beres!

Eit, gak segampang itu. HARUS PAKAI RITUAL YA. Semacam ruwatan. Si pemotong rambut (ketua adat) pun harus melalukan ritual napak tilas di 20 tempat. Nah, daripada nyusahin ketua adatnya karena setiap ritual harus napak tilas sebanyak itu, maka dibuatlah Dieng Culture Festival. Semacam Ritual Ruwatan Massal Pemotongan Rambut Gimbal.

Acara pemotongan rambut gimbal secara massal ini menguntungkan buat para orang tua si rambut gimbal yang nggak mampu. Soalnya bisa urunan kali ya. Atau mendapat bantuan pemerintah. Atau dari tiket masuk acara. Karena acara ini juga mendatangkan banyak penonton pastinya. Dan gak gratis khan?

Tahun 2014 ini acaranya pas Agustus. Tahun depan pun juga Agustus kok. Tanggal 1-2 Agustus 2015. Mau nonton? Ajak aku yaaa! Aku mau kok bayar urunan! Hahahaha..

Di blognya Mawi, dia nonton Dieng Culture Festival 2014 loh. Baca aja deh. Komplit sak foto-fotonya.

Rambut gimbal yang sudah dipotong, ternyata juga gak boleh dibuang sembarangan. Harus dilarung di laut kidul.

Setelah ritual selesai. Kersane ngalah, atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa tentunya, si anak pun sehat dan rambutnya normal kayak anak lainnya.

Menurut saya, kehidupan ini penuh misteri dan gak semuanya bisa diungkap. Contoh nyata ya rambut gimbal di Dieng ini. Khan sudah jelas kalau memang ada hal ghoib di dunia ini. Bahkan kita harus mengimani khan? Menyikapi hal seperti ini, yang susah dilogika, kita kembalikan kepada Kekuasaan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta saja deh ya. Apa aja bisa terjadi. #okesip

Sambil ndengerin Mbah Naryono cerita tradisi Rambut gembel yang sudah ada sejak jaman dulu. Yaitu sejak zaman leluhur dataran tinggi Dieng (Kyai Kolodete & Nini Roro Ronce), kami disuguhi hidangan khas Dieng:

Pisang godok, Tempe Kemul, Kacang Godok

Cemilan khas Dieng: Pisang godok, Kacang godok, Tempe kemul

Ada juga minuman khas Dieng. Namanya PURWOCENG. Mungkin ini singkatan dari mas PUR anune doWO tur ngaCENG kenCENG! Terompetnya maksudnyaaaa.. HAHAHAHAHA.

Gak ding, Purwoceng itu nama tumbuhan kok. Kalau menurut wikipedia sih, purwoceng dulu digunakan untuk obat kuat raja-raja Jawa jaman dulu. Tanaman ini hanya bisa tumbuh di ketinggian 2000-3000 meter di atas permukaan laut.

Btw, Dieng ini berada di ketinggian 2100 meter di atas permukaan laut loh! DUA KILOMETER LEBIH BERO! TINGGI AMAT ITUH! Hahaha. Udah kebayang khan dinginnya kayak apa. Haha.

Kalau ke sini, jangan sok-sokan pakek yukensi atau kaos singlet ya! Ntar beku loh! Kalau masih nekat, boleh lah koling aku buat jadi penghangat tubuhmu #eh *cekokin purwoceng*

Purwaceng

PURWOCENG, nama tanaman paling frontal sedunia!
HAHAHAHAHAHA :lol:

Aku gak minum kok. Pencitraan doang sih. Aslinya pingin! Ntar dikira lemah itunya kali kalau minum. HUAHAHAHA. Gak gitu ding, aku sudah minum teh anget khas sini juga kok. Sudah cukup untuk menghangatkan tubuh yg dingin.

Di sekitar Pendopo Soeharto Whitlam ini sebenarnya pemandangannya bagus loh. Tapi karena keterbatasan waktu, kami langsung melanjutkan perjalan ke wisata Dieng yang lain.

Pendopo Soeharto Whitlam

Pendopo Soeharto – Whitlam, Dieng, Banjarnegara

Pusat Oleh-oleh Dieng

Mau beli Purwaceng oleh-oleh? Di sini boleh.

Taman di sekitar Pendopo

Aku penasaran pingin masuk ke sana nih..

Rebutan nggendong

Kiri: Dik Sri dengan high fashion-nya!
Tengah-kanan: Rebutan nggendong Nafis nih. Haha

Dan akhirnya, kami semua berterimakasih kepada penduduk asli yg telah menyambut kami dengan ramah dengan hidangan yg spektakuler terutama PURWACENGNYA!. Cuman saking sibuknya kultwit dan menyimak penjelasan, aku jadi lupa gak nggembol kacang rebusnya. Jatuknya khan bisa dibuat cemilan ketika perjalanan menuju wisata selanjutnya. Hahaha.

Sampai jumpa lagi yaaaa..

Travel Blogger di Pendopo Soeharto Whitlam

Bloggers yang berbagi itu aura positifnya nampak yaaa…

Postingan karya temen-temen travel blogger lainnya tentang #FamTripJateng, bisa DIBACA DI SINI.

72 Comments

Leave a Reply to FahmiCancel reply