Pusing Random

Penyakit yang satu ini sangatlah tidak mbois menurut saya. Semuanya jadi mengalah gara-gara pusing. Malahan saya sempat apdeit status dengan pertanyaan konyol di feisbuk, “Kenapa sih, pusing kok di kepala?”. Lha wong sudah ngerti kalau itu pertanyaan konyol, banyak juga lo yang menanggapi.

  1. Gajah Pesing: ben iso dikeplekno tembok
  2. Zarod Iswahyudi: nek neng sikil chantengan, neng bokong udunen, neng mripat timbilen, lha nek neng sirah ndang gantien… wkakakaka…
  3. Cebong Ipiet: Soale nduwe sirah se
  4. Santi Eka Damayanti: Lak neng weteng jenenge senep dhop
  5. Yazid Ruchan: Ora neng kpala iku tp nang leher, ra percoyo amputasi ae lehermu mst waras ra pusing maneh
  6. Desain Garis: kalo pusing d perut tandanya ud gila!!

Hmm… sudah? gitu aja? hehehe… jawaban paling lucu yang terpilih adalah… GAJAH PESING. Menurut saya jawaban dari gajah pesing sangat Komeng (spontan, red.) dan lucu. Hihihi…

__________

Tahun 2006. Saat diriku masih sibuk dengan angka-angka berjejer itu. Saat itu aku pernah mengalami masa-masa pusing yang dahsyat. Pusingnya berjenis random alias sukar ditebak mau ‘cenut’ di mana, tidak bisa ditebak juga kapan ‘cenut’ nya. Bola mata saya hanya bisa melirik ke kiri atas atau ke kanan atas atau ke atas, hal itu semata-mata saya lakukan untuk menebak di manakah pusing akan muncul. Herannya, tebakanku selalu salah! Hebat juga nih pusing…

Saking hebatnya, pusing yang satu ini sempat membuatku tergeletak beberapa hari. Memang bukan pusing biasa. Pusing yang sampai membuatku demam dan nggak doyan makan. Obat-obatan yang ngetren macam paracetamol atau antalgin, tebal nggak mempan. Akhirnya saya pun harus ke dokter, seorang yang sangat saya hindari!

Tapi sembuh!

_________

Tahun 2010. Kejadian itu seolah terjadi lagi. Kali ini saya mencoba bertahan dengan obat-obatan yang ada. Antalgin entah sudah habis berapa tablet, paracetamol juga. Panas sudah turun, tapi pusing yang sangat kuat dan susah ditebak itu membuatku menahan rasa sakit yang dahsyat. Karena menahan rasa sakit itu, aku sampai nggak bisa beraktivitas seperti biasa. Nggak bisa nggambar vector lagi. Suhu tubuhku pun naik lagi keesokan harinya…

Sehabis maghrib tadi aku memilih tidur karena tak kuat menahan sakit. Tengah malam, aku terbangun. Rasa lapar karena sejak maghrib tidak kemasukan apa-apa (kemasukan? roh jahat kalee..), membuatku harus….

…..sebentar-sebentar, bahasanya terlalu resmi, aku ubah dulu ke bahasaku sesungguhnya..

Nah, malam itu sekitar jam 11, saya terbangun. Saya masih memakai sarung karena tadi sehabis maghriban langsung tidur.

Waddoh, kok ya bangun jam 11 malam sih. Mana semua sudah tidur. Aduh perutku lapar banget. Walau aku nggak doyan makan, tapi perutku harus diisi nih. Aku pun petan-petan isi dapur. Ternyata hanya ada nasi dan sayur yang kurang seger. Adooh… nggak doyan aku, perutku masih munek-munek. Aku buka kulkas, wow… udara dingin terasa, aku makin pusing, karena nggak ada isinya sama sekali!

Akhirnya, sambil menahan rasa sakit di kepala dan sambil menebak-nebak pusing. Aku pun bengok-bengok biar semua orang di rumah bangun dan mengerti penderitaanku. “AKU LUWEEEE….. APEEEEELLLLLLLLLL…… GEDAAAAAANGG…… ES OYEEEEENNN…!!!!”

Yiaaah, nggak ada yang bangun pemirsa. Padahal aku sudah teriak. Aku berharap tetangga juga datang gitu, biar rame. Tapi tapi tapi, ternyata mereka nggak datang membawakan semua pesananku tadi, saya hanya seorang diri ngedumel dan teriak-teriak nggak jelas. “ADOWWW… ADOOWWWW… WIS TO SING, MBOK PREI SEDILUT NGELUNE… ,” Mendengar hal itu, si pusing malah semakin cenut-cenut nggak karuan… dooooh…

Akhirnya, aku nyalakan si Kokom (nama lepiku). Aku puter lagu kencang-kencang. Berharap suasana hatiku jadi riang dan melupakan pusingku. Satu lagu berdentang. Si pusing mungkin agak tertidur, jadi dia lupa menyiksaku. Sesekali dia bangun menyembul di sudut-sudut kepalaku. Aow.. Aow… Ampuuun….

Kok Nggak ada yang bangun ya? Padahal ini sudah kencang banget lo! Ternyata saya baru nyadar kalau yang saya puter adalah musik OLDIES!

Yaaaah, pantesan nggak pada bangun. Malah sebaliknya, makin pada tidur pules. Eh, ada yang membuka pintu…

Mas iparku baru datang. Dia langsung liat tivi. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Saya tetep eksis dengan bengok bengok ngedumel nggak jelas saya. Kali ini lebih ekstrim!

“JUS APOKAAAAAAT…. BUBUR KACANG IJOOOOO….. ES DEGAAAAANNN!!!!!”

Yaolo ndoop, jam segini mana ada itu semua!

Mas iparku risih, dia pun mau pergi malam-malam mencarikan kebutuhan perutku. Aku minta pisang aja kalau ada. Kalau nggak ada ya buah-buahan apa kek pokoknya bisa mengisi kekosongan perutku. Dia pun pergi.

Dia datang beberapa menit kemudian membawakan pisang dan Poldanmig! Wow.. akhirnyaaaa….

Aku makan dengan lahap pisang hijau itu dengan poldanmig. Perut sudah keisi, saatnya pergi! eh tidur lagi. Sebelum tidur, tak lupa aku memblonyohi perutku dengan minyak kayu putih.

Beberapa jam berlalu, tubuhku terasa sejuk dan basah. Ternyata saya gobyos! Wow… sembuh dong! Wow… akhirnya…

Tapi tapi tapi, apa gerangan bentol bentol merah ini???

_____________

Ternyata, saya alergi. Atas saran seorang teman, saya musti menghentikan pengobatan. Bentol bentol (bukan nama rokok, red.) ini ternyata hasil reaksi obat. Pusingku yang susah ditebak itu kini sudah ilang. Berganti pusing biasa. Selera makanku sudah kembali, walau belum selahap biasanya.

Pusing 2010 ini lebih hebat dibanding pusing 2006 dulu. Dulu saya harus ke dokter, sekarang saya bisa mengatasi sendiri. Walau resikonya bentol-bentol. Hehehe…

Saran saya: penanganan oleh dokter memang lebih baik dari pada mengatasi sendiri.

51 Comments

Leave a Reply to hersuCancel reply